This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Tuesday 17 February 2015

RELATIONSHIP MARKETING

RELATIONSHIP MARKETING:  Membangun Keunggulan Bersaing Melalui Positioning – Branding –Diferensiasi 
Posting : Habibi Malik, S.Ikom
Relationship marketing merupakan paradigma yang berkembang pesat pada saat ini, karena para pelaku bisnis menyadari bahwa untuk mengembangkan dan mempertahankan suatu bisnis, tidak hanya dengan mendapat customer yang banyak tetapi juga bagaimana caranya memeliharanya dan mempertahankan customer tersebut sehingga loyal terhadap perusahaan.  Perusahaan yang mempunyai konsumen loyal akan memberikan manfaat besar dalam bentuk repeat buying dan memberikan rekomendasi kepada konsumen lain. Tiga konsep manajemen pemasaran penting yang dapat mendukung implementasi relationship marketing yaitu melalui  Positioning-Branding-Diferensiasi.

Positioning
Tingginya tingkat persaingan dan begitu banyaknya  informasi mengenai produk dan jasa dapat menyebabkan melemahnya positioning suatu organisasi dibenak konsumen. Konsep mengenai positioning pertama kali diperkenalkan oleh  Ries dan Trout (2001), “Positioning starts with a product. A piece of merchandise, a service, a company, an institution or even person, but positioning is not what you do to product. Positioning is what you do to the mind of aspects”. Menurut Kotler dan Keller (2009) posisi produk merupakan seperangkat rumit atas persepsi, kesan dan perasaan konsumen terhadap produk dan jasa tertentu  dibandingkan dengan produk pesaing. Untuk itu perlu dilakukan langkah strategis untuk dapat menciptakan positioning yang kuat dibenak konsumen. Positioning berkontribusi terhadap penciptaan keunggulan bersaing yang strategik bagi suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Bradley(2010), positioning is close related to the deductive process, because it is the result in the mind of customer, or key stakeholder. Positioning contributes to the competitive advantage. Jadi jika suatu  organisasi tidak dianggap penting dimata konsumen, kelangsungan hidupnya dapat terancam.
Konsep positioning ini menjawab pertanyaan penting yaitu how can business position is offered so that customers in the target market perceive it as providing the desired benefits, thereby giving it an advantage over current and potential competitors. Artinya untuk mengetahui bagaimana positioning di pasar diperlukan pemahaman mengenai “ who is customer” buying criteria “ dan “ how competitor performance”. Untuk itu perlu dilakukan analisis mengenai kekuatan dan keunggulan pesaing, sehingga dapat diketahui bagaimana posisi  setiap pesaing dimata yang dipersepsikan dibenak konsumennya.

Organisasi dituntut untuk dapat menciptakan  positioning yang efektif, jika tidak maka dapat membingungkan konsumen. Jika dirasakan perlu organisasi melakukan repositioning seperti yang dikemukakan oleh Bradley, 2010, Mc Carthy, Perrelaut J.R, William D, 2013 Some companies reposition to take market share from competitors represent a deliberate attempt to attack other company’s product or service, while others do it to avoid direct competition by moving into alternative market segments which are attractive. Repositioning usually occur because of declining and stagnant sales or because of anticipating opportunities in other market position. Organisasi perlu melakukan reposisi terhadap produk/jasanya untuk memenuhi ‘emerging needs/wants,ini memerlukan re-targeting kepada konsumen baru. Tetapi re-positioning ini bukan merupakan sesuatu yang mudah dan bisa membahayakan organisasi seperti yang dinyatakan Bradley (2010) there are dangers in repositioning, especially when the company moves too far from the original position. A repositioning strategy should not confuse the consumer. Repositioning is often difficult to accomplish because of entrenched perceptions about attitudes toward products and services.

Al Ries dan jack Trout (2001) menyatakan bahwa keberhasilan organisasi adalah “menciptakan sesuatu dibenak konsumen dan fokus produk/jasa ”. Untuk itu organisasi harus secara efektif memposisikan produk/jasanya dalam persepsi konsumennya. Keberhasilan positioning sangat tergantung pada  bagaimana organisasi secara efektif mengkomunikasikan serta menyampaikan posisi yang dipilih kepada target sasarannya. Rambat (2009) menyatakan bahwa positioning merupakan strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk/jasa/merek/nama organisasi  mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk/jasa/merek/nama organsasi lain dalam bentuk hubungan assosiatif.
Sehubungan dengan strategi komunikasi, maka positioning harus didukung oleh pernyataan positioning yang mencerminkan citra dalam bentuk hubungan assosiatif yang mencerminkan karakter produk dan jasa. Untuk mengembangkan pernyataan positioning ada beberapa cara yaitu memposisikan produk berdasarkan atribut, perbedaan produk/jasa, manfaat, pemakaian, kategori produk, pesaing dan imajinasi.
Untuk memperkuat positioning, organisasi perlu melakukan cara-cara untuk menonjolkan diri  melalui diferensiasi tawarannya dengan membangun sejumlah keunggulan bersaing yang menarik perhatian konsumen. Kotler dan Keller (2009) menyatakan diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan tawaran organisasi dengan tawaran pesaing. Organisasi dapat mendiferensiasikan tawarannya dengan membangun brand yang kuat yang terefleksi melalui produk, pelayanan dan personalia.

Brand
            Brand merupakan kekayaan perusahaan yang sangat bernilai. Hal penting perlu dipahami bahwa brand mempunyai arti mendalam yang tidak hanya   sekedar “a logo, slogan, catchy saying, mission statement atau publicity campaign”. Tetapi brand adalah  kepercayaan dan kredibilitas perusahaan. kedua hal itu sangat penting dipahami oleh para pelaku bisnis karena secara nature manusia mau terikat secara emotional dengan seseorang seperti sahabat, kekasih karena ada kesamaan value dan perilaku sehingga dapat menciptakan  strong relationship untuk memperkuat brand preference dalam benak konsumen dan menciptakan lasting loyalty.
Menciptakan  brand yang sukses perlu proses yang sama dimana perusahaan harus menciptakan emotional brand dengan konsumen. Ingat bahwa brand 70% emosional dan 30% logical. Karen Post (pada AAker, 2010) mengemukakan “A brand as a Brain Tattoo is a psychological impression of value-based emotions, lodged on the mind of a buyer or prospect”.  Untuk memenangkan  mind share konsumen perusahaan  harus dapat menciptakan sesuatu yang bersifat personal, intimate value oleh karena itu pelaku bisnis harus mengembangkan brand strategi secara hati-hati.
Untuk dapat membangun brand yang tangguh atas dasar konsepsi emotional brand maka aspek relationship menjadi hal penting. Bahwa keberhasilan bisnis harus didukung oleh aktivitas yang tidak hanya sekedar transaksi jual dan beli tetapi lebih dari itu, bahwa membina good relationship untuk dapat menciptakan  loyalitas merek adalah “where the gold is”. Dimana tingkatan loyalitas konsumen tidak hanya berada pada posisi satisfied buyer yaitu pembeli yang puas tetapi sampai pada committed buyer. Aaker (2010) menyatakan committed buyer adalah pelanggan yang setia, mempunyai kebanggaan  dalam menemukan dan menjadi pelanggan dari suatu merek. Pada saat ini committed buyer untuk beberapa produk/jasa membentuk komunitas yang menjadi wadah bagi mereka untuk bersosialisasi  dan berdiskusi untuk saling mendapatkan informasi. Untuk itu perusahaan harus mengarahkan dan mengembangkan strategi branding  dengan cara: memahami siapa yang menjadi konsumen (knowing your customer), menawarkan produk/jasa yang unik (unique Product), memberikan pengalaman (deliver great experience) kepada konsumen dan mengkomunikasikan brand (Communicate brand).

Diferensiasi
Diferensiasi berkontribusi dalam mengembangkan keunggulan bersaing, sehinggal organisasi perlu mengembangkan strategi diferensiasi yang efektif. Aaker (2010) menyatakan bahwa keberhasilan diferensiasi harus mengandung tiga karakteristik yaitu: generate product value, provide perceive value dan be difficult to copy. Jadi strategi diferensiasi yang berhasil jika dapat memberikan value (nilai) kepada konsumen. Perbedaan diperlukan antara nilai yang diharapkan dan yang dirasakan. Nilai menjadi important point of differentiation dilihat dari perspektif konsumen yang dapat memperkuat branding  menjadi lebih berarti, dipercaya dan selalu diingat oleh konsumen. Kemudian diferensiasi harus mengandung arti sulit untuk ditiru sehingga dapat digunakan secara sustainable. Untuk itu organsisasi harus melakukan investasi yang optimal dibidang penelitian dan pengembangan. Selanjutnya Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa dalam mengembangkan diferensiasi perlu hati-hati karena tidak semua perbedaan meaningful. Untuk itu diferensiasi yang efektif dikembangkan jika memenuhi kriteria: penting, mempuyai keunikan/kas, unggul sulit ditiru, dapat dikomunikasikan, profitable dan harga terjangkau. 

Pembahasan
Positioning dan diferensiasi yang kuat akan memperkokoh brand organisasi. Brand merupakan kekayaan institusi/perusahaan yang sangat bernilai. Hal penting perlu dipahami bahwa brand mempunyai arti mendalam yang tidak hanya  sekedar “a logo, slogan, catchy saying, mission statement atau publicity campaign”. tetapi brand adalah  kepercayaan dan kredibilitas institusi/perusahaan. Lebih dari itu merek adalah janji institusi/perusahaan untuk secara konsisten memberikan features, benefits dan service kepada para stakeholders. Dan janji inilah yang membuat mereka  mengenal merek satu institusi lebih dari merek yang lain. Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik dari pemasaran modern bertumpu pada penciptaan merek-merek yang bersifat membedakan (different) sehingga memperkuat brand image perusahaan/institusi. Untuk mengkomunikasikan brand image kepada stakeholders dapat dilakukan melalui kegiatan pemasaran seperti promosi (iklan, publisitas), harga, distribusi suatu produk/jasa yang ditawarkan. Stakeholders memperoleh informasi mengenai merek satu institusi berasal dari: sumber pribadi, komersial, umum dan pengalaman lampau.

Berdasarkan pengamatan, pada saat ini sedang terjadi perang merek antar perusahaan melalui penerapan marketing mix yang sangat gencar dengan tujuan untuk membangun ekuitas merek yang kuat. Ekuitas merek sangat mempengaruhi profitabilitas yang tinggi dan revenue potensial dimasa yang akan datang. Ekuitas merek merupakan asset yang paling penting sebagai dasar keunggulan bersaing yang berkesinambungan di era global.

Secara umum, ekuitas merek dapat menambah atau bahkan mengurangi  nilai bagi para pengguna jasa dan bagi institusi. Oleh karenanya agar bisa memberikan nilai, ekuitas merek harus dikelola dengan memperhatikan dimensi-dimensi penting antara lain brand loyalty, name awareness, perceived quality, asosiasi merek serta aset-aset merek yang lain.  Untuk dapat membangun brand yang tangguh atas dasar konsepsi ekuitas merek maka perlu mengelola ekuitas merek dan peranannya dalam memberikan nilai bagi institusi. Diharapkan dengan memiliki ekuitas merek yang kuat, akan dicapai firm equity yang keberhasilannya dapat dilihat dari: pangsa pasar, penjualan, kepuasan stakeholders dan profitabilitas institusi.

References
Aaker. A David dan Erich J, 2010, The Lure Of Branding, Harvard Business Review.
Al Ries, Jack Trout, 2001, Positioning: The Battle for your mind, Salemba 4, Jakarta
Kotler, Philip, dan KL. Keller, 2009, Marketing Management, Person International, Prentice Hall- New Jersey, 14 Edition.
Bradley. Frank, (2010), Marketing Management: Providing, Communicating, and Delivering Value, London Prentice Hill. Third Ed.
Mc Carthy. R. Jerome, Perrelaut JR, William D, (2013), Basic Marketing: A Global Mangarial Approach, Boston, Irwin, Mc Graw – Hill.