This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Friday 27 January 2017

PERAN UMAT ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

PERAN UMAT ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

Oleh : Habibi Malik



              Sumber Photo: www.google.co.id/images/

Seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, yang biasa disebut era globalisasi, era yang menghadirkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan, era yang mengubah tatanan kehidupan manusia dari tradisional menuju modern, era dimana segala sesuatu dapat dilakukan dan diproleh secara instan, pada intinya era globalisasi adalah era yang semakin memanjakan manusia dalam mengerjakan segala aktivitas kehidupannya. Kehadirannya ini, memiliki dampak negatif misalnya masuknya budaya barat dan dampak positif seperti komunikasi lancar tidak mengenal ruang dan waktu karena dukungan internet. 
Sudah saatnya pemuda islam bangun dari nina bobok dampak globalisasi, sudah saatnya pula bangkit dan mencari serta merebut setiap peluang yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam di era globalisasi.
Bergerak disini bukan berarti menolak globalisasi tetapi pemuda islam mampu menempatkan bagaimana dirinya dan mampu mengambil peran penting dalam era ini.Beberapa hal yang dapat dilakukan umat islam dalam menghadapi tantangan zaman diantaranya:
  •  Jangan menutup diri terhadap perkembangan jaman, seperti pepatah orang jepang “ambil yang baik, buang yang buruk dan ciptakan yang baru”, dan tentunya yang diambil itu yang sesuai syarat islam dan tidak melanggar Al-qur’an dan Asunah (Hadist).
  • Rubah mindset orang awam yang beranggapan islam itu konotasi  kuno, ketinggalan jaman, menjadi lebih berfikir positif terhadap islam.
  • Membuka diri terhadap perkembangan teknologi.
  • Ikut serta berpartisi dalam pemerintahan, bidang politik, dan ekonomi.
Era globalisasi bukan era yang mudah bagi umat Islam khususnya pemuda islam, mereka harus memiliki pondasi yang kuat dan kokoh agar tujuan mulia itu tercapai bukan malah terbawa arus negatif, oleh karena itu di butuhkan Empat Pondasi yang kuat dalam menghadapi setiap tantangan yang ada, diantaranya :
  • Tauhid yang kuat
  •  Pemahaman agama yang hebat
  • Ilmu pengetahuan yang lebih
  • Niat tulus dan komitmen
Sudah tidak saatnya umat Islam berselisih tentang perbedaan karena sudah saatnya umat Islam  bangkit dan bersatu serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan karena keimanan dan ketakwaanlah  rahasia kejayaan islam. Kini tinggal kita sebagai salah satu pemuda islam ingin menempatkan posisi dimana menjadi aktor utama, pemeran atau penonton. Pertanyaan tersebut hanya kita yang bisa menjawab dan bukan hanya sekedar dimulut tapi juga ada realisasinya. 
Mereka pada jaman teknologi masih sederhana dapat mengambil peluang dan berperan sebagai agent of change, mengapa kita tidak dan mumpung masih muda semangat masih membara. Inovasi dan kreatif terus ada dan didukung dengan teknologi yang luar biasa. Marilah bersama rapatkan barisan untuk menjadi Al-Fath atau Al-ayyubi era modern yang cerdas mengambil setiap peluang dan menciptakan perubahan.
Allohu Akbar...Allohu Akbar...Allohu Akbar

AUTO BIOGRAFI

AUTO BIOGRAFI

‘’Sekali Tampil harus berhasil, Sekali melangkah pantang menyerah’’

Nama ku adalah Habibi Malik, nama yang indah yang diberikan orang tuaku yang artinya kekasih yang Maha Merajai (Allah), Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana tanggal 15 Agustus 1994 di Kalimantan Timur, namun dalam Akta Kelahiranku tertulis kelahiran Cianjur. Aku anak terakhir dari enam bersaudara namun berbeda ibu, meskipun banyak saudara tapi aku merasa hanya hidup dengan seorang ayah saja karena mereka tidak pernah ada kabar.
Nama Ayahku Solihin Malik dan nama ibu kandungku adalah Masitoh, namun mereka telah bercerai ketika usiaku baru 1 tahun 6 bulan.kondisi yang sangat menyedihkan karena aku tidak bisa merasakan kasih sayang ibu yang telah melahirkanku seutuhnya.Sekarang aku tinggal bersama Ibu tiriku, dia sangat baik sekali berbeda sekali dengan cerita orang yang aku dengar tentang ibu tiri.
Sejak sekolah di Sekolah Dasar (SD), aku di didik untuk mandiri karena keadaan keluargaku yang tidak mungkin untuk memanjakanku seperti anak orang lain, seperti diberi uang jajan, diantar jemput sekolah dan dibelikan mainan, sejak kecil aku tidak pernah merasakan itu. Aku belajar di SDN Babakansari yang berjarak 2,5 KM dari tempat tinggalku di KP. Lemah Duhur RT 05 RW 06 Desa Babakansari Kec. Sukaluyu Cianjur. Setiap hari aku berjalan kaki untuk berangkat ke sekolah tersebut, dan selama ku bersekolah aku jadi anak yang pendiam, hanya belajar dan belajar yang dilakukan. Namun semuanya tidak sia-sia, selama aku bersekolah aku selalu menjadi yang ke satu disekolah.
Setelah lulus SD, aku melanjutkan sekolahku ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMP, tepatnya aku bersekolah di MTs. Syariful Anwar, karena beruntung pada waktu itu ada program pemerintah yang mengratiskan sekolah sampai tingkat SMP, jadi aku masih bisa bersekolah meskipun dari kalangan tidak mampu. Jarak dari rumah ke sekolah tersebut sekitar 5 KM  dan aku selalu berjalan kaki setiap hari untuk bersekolah, perjuangan yang cukup melelahkan untuk meraih cita-citaku itu. Aku bercita-cita menjadi seorang Direktur di sebuah perusahaan dan menjadi enterpreneur untuk membuat lapangan kerja dan menjadi manusia berguna bagi semua orang, lebih tepatnya ingin seperti Chairul Tanjung. Chairul tanjung pernah berkata: Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa Kerja Keras, Keuletan, Kegigihan, dan Kedisiplinan. Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap Pantang Menyerah dan Tidak Cepat Putus Asa. Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh apabila kita mau terus belajar berbagai hal, di mana pun dan kepada siapa pun”. Chairul Tanjung (Page: 347). Kata-kata itu jadi motivasi bagiku untuk terus belajar dan meraih cita-citaku dan manambah keyakinanku bahwa meskipun aku terlahir dari keluarga yang sederhana tapi bisa buat mereka bangga dan bahagia. Selama bersekolah aku belajar dengan rajin dan penuh semangat dan  untuk pertama kalinya aku terjun ke dunia orgnisasi OSIS di sekolah, dan diberi kesempatan untuk menjadi ketua OSIS  pada waktu itu.
Tiga tahun berlalu, lulus dari MTs aku melanjutkan sekolah ke SMK Nurul Islam jurusan Akuntansi. Sungguh perjuangan yang sangat melelahkan ketika bersekolah disana, dari mulai masuk yang tidak punya biaya sedikitpun dan ketika bersekolah banyak sekali biaya yang hatrus dikeluarkan, sedangkan orangtuaku sudah tidak sanggup lagi untuk membiayaiku karena sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Maklumlah, sejak dari Sekolah Dasar sampai SMP, aku bersekolah gratis karena ada program pemerintah Wajib Belajar Sembilan Tahun. Ketika aku bersekolah di sekolah tersebut semester pertama, aku sudah berniat untuk keluar dan memutuskan untuk bekerja saja untuk membantu keluarga karena faktor biaya. Namun niatku itu tidak dilaksanakan karena ada seorang guru yang baik hati mau membantuku, dia tahu bahwa aku selalu menjadi nomor satu sejak dari SD sampai SMP, namanya Rudi Permadi dan dia sudah kuanggap orangtuaku sendiri. Dia berjanji jika aku berhasil menjadi Juara Umum di sekolah maka biaya sekolahnya gratis, dan akhirnya selama tiga tahun bersekolah aku selau dapat beasiswa karena sanggup mempertahankan prestasiku itu.
Setelah lulus aku mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah dan bersekolah di Universitas Terbuka Negeri UPBJJ bogor Pokjar Prima Bangsa Cianjur dan aku mengambil program studi Ilmu Komunikasi, dan aku juga bekerja di PT. Bintang Ciremai Abadi sebagai Staff Admin. Semuanya seperti mimpi bisa kuliah gratis dan bisa kerja pula membantu keluargaku, padahal aku terlahir dari keluarga sangat sederhana tapi aku bisa meraih semuanya. ‘’ Man Jadda Wa jada’’ Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil dan siapa yang yakin akan janji Tuhannya, maka kebahagiaan itu akan mengahampirinya.

Cita-Cita dan Keyakinan

Semua orang mempunyai cita-cita termasuk aku, meskipun terlahir dari keluarga sederhana tapi itu tidak menghalangiku untuk meraih cita-citaku. Meskipun banyak sekali tantangan yang ku hadapi, tapi ada sebuah keyakinan yang ada di diriku yang membuatku bertahan selama ini. Meskipun dengan segala keterbatasan, hidup di bawah garis kemiskinan tidak menghalangiku untuk meraih kesuksesan. ‘’ Aku yakin aku bisa” itu yang selalu aku ucapkan, dan aku selalu terinspirasi oleh Chairul Tanjung si anak Singkong, meskipun dia dari kampung dan dari keluarga tidak mampu seperti aku tapi dia mampu meraih kesuksesan dan menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, bangsa, negara dan membuat orang tuanya bangga dan bahagia. “Aku yakin aku bisa seperti itu dan mampu meraih cita-citaku” itu keyakinan ku selama ini.

Peranan Orang Tua

                Didalam kehidupanku orang tua mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesanku, mereka yang memberiku motivasi, merawatku selama ini, selalu ada buat aku dan telah mendidiku menjadi anak yang mandiri, serta doa mereka yang selalu mengiringiku hingga aku bisa seperti sekarang ini meskipun belum bisa buat mereka bahagia dan bangga. Ayahku selalu bilang “ Orang miskin berhak kaya dan orang miskin berhak bahagia”. Itu kata-kata yang selau aku ingat dan jadi motivasi diri.

Langkah Meraih Cita-cita

                Aku terlahir dari keluarga yang memiliki ilmu agama, istilahnya Ustad kalau di daerah tempat tinggalku dan kebetulan aku juga seorang santri, jadi langkah pertama ku untuk meraih cita-citaku adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan aku selalu belajar dengan penuh kesungguhan dan membangun network yang baik yaitu mencari teman-teman yang baik dan mencari pengalaman baru dengan aktip di organisasi-organisasi kemasyarakatan. “Man jadda wa jada” siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil itu kata guruku. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, aku harus tetap sokus pada mipi-mimpiku.
            Semua langkahku untuk meraih kesuksesan sedang dijalani, namun ada yang tidak kalah penting dalam meraih cita-cita adalah fokus pada tujuan atau cita-cita kita.
            Beberapa tujuanku dan aku yakin bisa meraihnya, diantaranya :
a)      Lulus kuliah dan jadi sarjana
b)      Menjadi seorang Direktur Utama di Perusahaan
c)      Memiliki rumah dan mobil pribadi
d)     Ingin menghajikan kedua orangtuaku
e)      Berguna bagi keluarga,masyarakat, bangsa,agama dan negara.
f)       Menikah dengan wanita solehah yang akan jadi bidadari surgaku nanti.

Aku mempunyai motto atau prinsip hidup “ Sekali tampil harus berhasil, sekali melangkah pantang menyerah”. Aku sudah terlahir kedunia ini dengan segala kekurangnaku maka aku harus berhasil menjadi manusia sejati yang berkualitas dan pantang untuk menyerah dengan segala keadaanku ini, aku pasti bisa jadi apa yang aku inginkan.

Penulis : Habibi Malik, 19 Years/

Mahasiswa Universitas Terbuka Negeri