This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Friday 28 February 2014

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antar pribadi

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antar pribadi

by habibi malik, S. Ikom
Untuk mengetahui keberhasilan efek komunikasi antar pribadi, ada beberapa syarat yang harus dimiliki komunikator, yakni bagaimana proses seseorang komunikan menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali informasi yang didapat dari komunikator. Proses komunikan dalam komunikasi tersebut meliputi sensasi, persepsi, atensi, ekspektasi, motivasi, memori, dan berpikir. Akan sedikit saya jabarkan mengenai definisi masing-masing.
Sensasi
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Setiap orang tentu akan berbeda-beda dalam penangkapan stimulasi (dalam hal ini pesan komunikasi) hingga melahirkan tanggapan yang beraneka ragam. Sehingga dalam komunikasi ada istilah; Words don’t meanpeople mean (kata-kata tidak mengandung makna namun oranglah yang memberikan makna pada kata-kata tersebut).

Menurut Dennis Coon (1977 : 79) menyatakan bahwa; "bila alat indera mengubah informasi menjadi implus syaraf - dengan bahasa - dipahami oleh otak, maka terjadilah proses sensasi"

Selanjutnya menurut Benyamin B. Wolman (1973 : 343) menyatakan bahwa; "Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan alat indera."


Jalaludin Rakhmat (1985 : 62) mengelompokkan alat indera dalam tiga kelompok berdasarkan sumber informasi :

  • Eksteroseptor, alat indra tempat kita menerima informasi dari luar (misalnya telinga atau mata)
  • Interoseptor, alat indra tempat kita menerima informasi dari dalam (misalnya sistem peredaran darah)
  • Proprioseptor, alat indra untuk merasakan gerakan tubuh kita sendiri.

Jadi dengan demikian apa saja yang menyentuh atau tertangkap oleh alat indra dari dalam dan dari luar disebut stimuli, kalau dari luar disebut stimuli eksternal, dan kalau dari dalam disebut stimuli internal. Alat penerima tadi segera mengubah stimuli ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi.

Persepsi
Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Misalnya ketika ada sebuah buku yang terbuka, dari kejauhan huruf-hurufnya tidak kelihatan, ketika didekati mulailah huruf-huruf itu terbaca dan kita mulai menangkap maknanya itulah yang disebut persepsi.

Jadi dengan demikian persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal ini menimbulkan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut.




Atensi
Menurut Kenneth E. Andersen bahwa : “perhatian (attention) ad proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”.

Atensi terjadi ketika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra kita dan mengesampingkan masukan-masukan malalui alat indra lainnya.

Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Attention Getter) meliputi :

  • Gerakan, pada umumnya orang lebih terstimulasikan pada objek yang bergerak. Misalnya seorang guru di dalam kelas akan lebih cepat melihat muridnya yang tidak memperhatikan pelajaran karena bermain-main dari pada melihat murid yang tidak memperhatikan pelajaran karena mengantuk.
  • Intensitas stimuli, yaitu stimuli yang lebih menonjol dari pada stimuli lainnya 
  • Kebaruan ( novelty), yaitu hal-hal baru atau istimewa merupakan stimuli yang paling mudah dipelajari dan diingati 
  • Perulangan, yaitu hal-hal yang diulang-ulang merupakan sugesti terhadap stimuli supaya mudah terserap otak dan tetap diingat.


Faktor-faktor Internal Penaruh Perhatian meliputi :

  • Faktor-faktor biologis, misalnya anak muda yang telah melihat film porno akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
  • Faktor-faktor sosiopsikologis, misal ada anekdot, bila anda mengetahui dari suku mana kawan anda berasal, bawakah mereka berjalan-jalan, tanyakan berapa perempuan yang telah di lewati, yang dapat menjawab pertanyaan ini pastilah Orang Padang (umumnya mereka pedagang yang selalu berkeliling ke berbagai tempat). Tanyakan berapa pagar tanaman hidup yang telah di lihatnya. Yang bisa menjawab pasti Orang Sunda (karena mereka menyenangi sayuran/lalap-lalapan). Tanyakan berapa kuburan / tempat keramat yang ada, hanya Orang Jawa yang bisa nenjawabnya (Mengapa? Mungkin karana kepercayaan mistis banyak dianut Orang Jawa). Tentu saja anekdot bukanlah proposisi ilmiah, tetapi anekdot ini menggambarkan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan, menentukan apa yang kita perhatiakan. 


Ekspektasi
Yang dimaksud ekspektasi adalah penilaian secara wajar dan proporsional terhadap suatu objek yang menjadi stimuli terhadap alat indra. Lawan dari ekspektasi adalah stereotyf.

Dalam relasi interpersonal ekspektasi merupakan suatu upaya mempersepsi perilaku orang lain (orang yang dekat dengan kita) mengenai apa-apa yang diharapkan oleh orang tersebut dari relasi interpersonal tersebut. Misalnya dalam hubungan suami istri; Sang suami jika sedang sakit, ia ingin ditinggalkan sendirian (mungkin lebih baik menanggung derita dengan tabah) sedangkan malah sang istri setiap 10 menit sekali menanyakan apa yang sedang dirasakan (karena sang istri jika ia sakit ingin selalu ditemani suaminya). Sehingga sang suami jengkel terhadap istrinya. Disinilah suami istri tersebut mempunyai ekspektasi yang berbeda bagaimana sepatutnya yang sakit dilayani.

Begitu juga dalam Komunikasi Interpersonal ekspektasi sangat menentukan keberhasilannya, karena dengan mempersepsi dengan baik apa-apa yang diharapkan oleh si komunikan dalam proses Komunikasi Interpersonal itu maka proses Komunikasi Interpersonal akan berhasil. Misalnya si komunikator yang memperlakukan si komunikan seperti pada bawahan padahal dia ingin dihormati, maka Komunikasi Interpersonal tidak akan mencapai sasarannya. 

Motivasi
Proses kontruksi yang mewarnai dalam persepsi juga melibatkan unsur-unsur motivasi. Bagaimana impuls-impuls dalam jiwa individu mendorong suatu (menjadi motif) terhadap indivudu yang bersangkutan.

Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya (disebut gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi berkomunikasi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama (cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition).

Diantara motivasi yang pernah diteliti dalam Komunikasi Interpersonal adalah : motif biologis, motif ganjaran dan hukuman (reward and punishman), karakteristik kepribadian, perasaan terancam karena pesona stimuli (perceptual defence/pembelaan perseptual), dan motivasi untuk mempercayai dunia yang adil. 

Memori
Memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. Menurut Schlesingerdan Groves bahwa : “memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia yang menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya,” (1976 : 352).

Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat itu pula direkam secara sadar atau tidak sadar. Adapun kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi menurut ahli matematika yang bernama John Griffith menyebutkan angka 1011 (seratus trillyun) bit. Sedangkan menurut ahli teori informasi yang bernama John von Neumann menghitung sampai 2.8 x 1020 (280 kuintrillyun) bit informasi.

Secara singkat, memori melewati tiga proses:
  • Perekaman {disebut encoding} adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sikrit saraf internal di otak. 
  • Penyimpanan ( storage), proses kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimanapun.
  • Pemanggilan (retrieval), adalah mengingat kembali informasi. 

Tips Cara Pintar Bicara di Depan Umum

Tips Cara Pintar Bicara di Depan Umum

Pintar ngomong atau Pintar Bicara sebenarnya bukanlah hal yang susah jika kita memahaminya. Cara Pintar Bicara atau cara Pintar ngomong didepan orang banyak/umum adalah hal yang harus anda ketahui jika anda merasa kurang bisa berbicara didepan orang banyak. Semua orang ada kekurangannya, dan kadang kekurangan itu ada untuk bisa diperbaiki, bahkan kadang kekurangan bisa dijadikan sebagai kelebihan.
pintar bicara

Hal yang utama yang harus anda kuasai agar bisa pintar ngomong atau bicara di depan Umum adalah rasa percaya diri, percaya akan kemampuan diri sendiri. Ini adalah hal mutlak yang harus anda miliki. Bagai mana membangun kepercayaan diri untuk bisa tampil berbicara di depan umum, sebenarnya mudah saja asalkan kita mau berusaha untuk bisa.

Untuk Pintar Berbicara atau ngomong didepan umum, inilah caranya :

Mulailah dari lingkup kecil
Lingkup kecil disini seperti mulai dari berbicara dengan diri sendiri di depan cermin,
rajin2 memberi pendapat jika ada diskusi antara teman2,
rajin2 mengemukakan pendapat dalam rapat,
lambat laun pasti anda akan terbiasa berbicara di depan umum.

Perbanyak wawasan
untuk memperbanyak wawasan, anda perlu banyak membaca,menonton tv, dan mencari hal-hal baru. Wawasan disini berfungsi agar anda punya banyak bahan untukdiceritakan

Rekam Aktifitas latihan anda
Merekam latihan anda akan sangat berguna bagi anda untuk melatih tata bahasa dan gaya berbicar aanda. Dengan merekam pembicaraan anda, anda bisa mereview kembali kata-kata anda, disitu anda bisa mengoreksi diri anda.

Menghilangkan Grogi
Grogi merupakan ganguan psikis yang umum didapatkan saat akan berbicara didepan umum. Bahkan pembicara professionalpun kadang masih merasa grogi untuk berbicara. Untuk mengatasinya adalah dengan banyak berlatih dan perbanyak jam terbang. Jika anda merasa grogi, hal yang harus anda lakukan adalah mencoba tenang dengan menarik nafas dalam-dalam kemudian tahan, lalu mulai berbicara dengan perlahan-lahan. Dengan begitu, suara yang keluar akan kembali datar dan intonasinya pun terjaga.

Kontak Mata
Hal pertama yang sebaiknya anda lakukan sebelum mulai berbicara adalah dengan menatap mata dan wajah orang-orang disekitar anda atau audiense anda. Hal ini sangat berguna agar perhatian terfokus kepada anda, hal ini pun akan meningkatkan kepercayaan diri anda dengan sendirinya.

Pengertian Komunikasi verbal dan nonverbal

Pengertian Komunikasi verbal dan nonverbal beserta contoh dan slogan produk

by habibi malik
1. Komunikasi verbal ( verbal communication ) 
adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

2. Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) 
menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.

contoh :
a.Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
b.Gerakantubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
c.Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.

d.Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

CONTOH SLOGAN SUATU PRODUK :
ULTRA MILK
Banyak dikalangan modern seperti saat ini, berbagai jenis merk susu telah berkembang. akan tetapi eksistensi ultra milk tetap menjadi nomor 1 dari para pelanggan. sebab memang sudah membawa nama sejak dulu ultra milk senantiasa menemani setiap saat seperti sarapan dan untuk beraktifitas.
Slogan : “Apapun sarapannya, soal susu.. ultra juaranya”
Alasan menggunakan slogan demikian adalah dilihat dari segi pengguna para konsumen sebagian tentunya setiap sarapan selalu ditemani dengan segelas susu. sehingga, peluangnya selalu berada ketika seseorang saat sarapan atau memulai aktifitas dipagi hari dengan meminum susu. dengan demikian, susu ultra mengeluarkan slogan demikian agar masyarakat selalu ingat untuk masalah susu, ya pasti ultra juaranya.
dengan jenis beragam rasa yang tidak dimiliki oleh semua jenis susu lainnya, ultra milk tetap menjadi nomor satu diantara para pelanggan indonesia.

Thursday 6 February 2014

Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
Ringkasan Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa

Oleh : Habibi malik, S. Ikom
As language distinguishes man from animal,
So writing distinguishes civilized man from barbarian

1. Prolog

Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle, Kant, Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan benar-benar telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui tulisan, kita mengenal sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap dikenang oleh masa depan jika terekam dalam tulisan. Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi, menulis karya ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya ilmiah adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi Tridharma Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi perguruan tinggi yang kafah. Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih, menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu' 'ain. Bagi mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa. Tulisan ringkas mengenai Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan ruang dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.

2. Definisi Karya Ilmiah

Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain

Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara.  Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 1-6).

Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).

3. Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.

Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.

Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).

4. Kriteria Ilmiah

M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :
  1. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
  2. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
  3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan analisis yang logis)
  4. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
  5. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
  6. Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)
Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
  • Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
  • Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
  • Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
  • Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
  • Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis ilmiah jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh metode ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada pada kawasan keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis, logis, rasional, objektif, berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu.

Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
  • Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan
  • Menyusun hipotesis
  • Menyusun rencana penelitian
  • Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
  • Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
  • Menganalisa dan menginterpretasikan data
  • Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)
5. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah

Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :

a. Persiapan
1) Pemilihan Topik/Masalah

Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
  • Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
  • Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
  • Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
  • Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
  • Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
  • Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undang-undang.

2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.

Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).

3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)

Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).

Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).

Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.

b. Pengumpulan Data

Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
  1. Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.
  2. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan ditulis
  3. Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
  4. Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium
c. Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.

d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.

e. Penyajian/Pengetikan.

Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

6. Sistematika Karya Ilmiah

Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap varian tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini, penulis hanya akan mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah. Pertimbangannya, jenis makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering disusun oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.

Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku “Teknik Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana.

Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

Bagian Awal
  • Halaman Sampul
  • Daftar Isi
  • Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
  • Pendahuluan
  • Latar Belakang Penulisan Makalah
  • Masalah atau Topik Bahasan
  • Tujuan Penulisan Makalah
  • Teks Utama
  • Penutup
Bagian Akhir
  • Daftar Rujukan
  • Lampiran (jika ada)

Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Halaman Sampul

Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama penulis makalah dan tempat serta waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  1. Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.
  2. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
  3. Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.
  4. Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.
- Daftar Isi

Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi.

- Daftar Tabel dan Gambar

Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.

- Bagian Inti

Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti, yaitu :
  1. Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),
  2. Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan
  3. Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad
- Pendahuluan

Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
  1. Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.
  2. Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan. Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.
- Latar Belakang

Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.

- Masalah atau Topik Bahasan

Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
  1. Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas.
  2. Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.
  3. Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
  4. Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk diperoleh
- Tujuan Penulisan Makalah

Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan makalah tersebut.

- Teks Utama

Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.

Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan penulisan makalah. kemampuan seserang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian teks utama yang baik adalah yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar. Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-lain (yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).

Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).

- Penutup

Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
  1. Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan sendiri.
  2. Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.
Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.
- Daftar Rujukan

Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam makalah ini.

- Lampiran

Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.

7. Teknik Penulisan

Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
  • Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau Bahasa Inggris
  • Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada persoalan yang dibicarakan;
  • Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring (italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur gunung (gugur gunung);
  • Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
  • Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan nama perawi untuk teks al-Hadist.
8. Bentuk dan Format Penulisan

Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
  • Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
  • Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf ukuran 18;
  • Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
  • Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan bawah 3 cm;
  • Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan jarak 1 spasi;
  • Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
  • Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan memperhatikan estetika penulisan.
  • Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
  • Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;
  • Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel 2., dst.);
  • Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
  • Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa Indonesia.
9. Teknik Notasi Ilmiah.

a. Kutipan
  1. Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu : [a] Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya; [b] Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;
  2. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
  3. Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
  4. Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
  5. Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan menunjukkan print-outnya.
b. Catatan Kaki (footnote)
1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;
3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;
4) Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik;

6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis dengan huruf tebal (bold) dan halaman (صفحة ) bisa disingkat dengan hlm. atau ص. (dalam bahasa Arab), contoh :
            1Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.

7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu ditulis. Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau dkk., atau واخرون (dalam bahasa Arab). Contoh: Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote sebagai berikut :

            2Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.

8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang nama editor itu dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu maka diberi tambahan “s” (eds.), sedangkan untuk bahasa Arab ditulis dengan تحقيق. Contohnya:
               3Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 125.
         4Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.

9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka cukup dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau وفس الر جع (dicetak tebal dalam bahasa Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:

             5Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 20,
             6Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).
             7Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).

10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku / sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) atau المر جع
السابق (dicetak tebal dalam bahasa Arab) diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan daru “opere citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan apabila dari halaman yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari sumber lain, maka ditulis loc.cit atau وفس المكا (dicetak tebal dalam bahasa Arab). Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari “loco citato” yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :

              8Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 21.
              9Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 65.
              10Mustaqim, op.cit., hlm. 30.
              11Fazlur Rahman, loc.cit.

11) Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor jilidnya. Contoh :

            12Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, hlm. 25.
             13 Ibid., Jilid 2, hlm. 40.
             14 Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36
             15Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 75.
             16Harun Nasution, Loc.cit., Jilid I.

12) Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma, dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic), koma, kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan halaman. Contoh:

            17Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem Utama, Tantangan dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 278.

13) Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan nomor halaman.
Contoh:

            18Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan Moral”, Panji Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.

14) Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:

              19Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara Merdeka, Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.

15) Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan, cara penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik (“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung buka, nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma, tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab ditulis dengan عخطو ط contoh:

           20Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”, Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.

16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka kutipan diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari buku / kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di belakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.

17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat terbitnya ditulis dengan singkatan tt.p. atau بدون مكان (dalam Bahasa Arab), jika tidak ada penerbitnya maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( بدون وا شر ) dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ditulis t.t atau بدون تاريخ (dalam Bahasa Arab). Sedang untuk singkatan الطبعة menggunakan ط. , dan singkatan الجزء
menggunakan huruf 
ج.
18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs koma, nomor halaman. Contoh :

        21Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompentensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.

c. Daftar Kepustakaan

1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;

2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;

3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973, Cet. 3.
Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.

4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis, dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan) atau واخرون (dalam bahasa Arab), seperti Nashiruddin dkk. ( واصرالديه واخرون ).
5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.
Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.

6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul buku, koma, kata terj. Atau تر جمة (dalam bahasa Arab), nama penerjemah, koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan titik. Contoh :
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka dibelakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan bulan terbit. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1986a, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.

8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs, titik.
Contoh :

Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
10. Epilog

Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang senantiasa didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :
"Menulislah agar dibaca orang,
atau berbuatlah agar ditulis orang,
niscaya kau akan abadi
"
(HABIBI MALIK)
-------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka
  • BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S1) INISNU Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007
  • Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Cet. 1
  • Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
  • Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995
  • Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. 8

Contoh Karya Ilmiah Universitas Terbuka

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PERMAINAN PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V SDN 1 SRITEJOKENCONO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014


Karya Tulis ini Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknik Menulis Karya Ilmiah


 
OLEH

                   NAMA         :    HABIBI MALIK
                   NIM             :    017543139








POKJAR PRIMA BANGSA CIANJUR
UPBJJ BOGOR
UNIVERSITAS TERBUKA

                                                                             2013 






===============================================================================================

LEMBAR PENGESAHAN


Judul   :    Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Permainan Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Sritejokencono Tahun Pelajaran 2013/2014



Mengetahui,
Tutor Mata Kuliah                                              Ketua Kelompok Belajar
Teknik Menulis Karya Ilmiah                             Kecamatan Kotagajah




Drs. Hi. SUKIRMAN, S.Pd.M.Pd.                   Hj. SAENAH ASTRIANI, M.Pd.
NIP. 195302031981031002                               NIP. 195312171975112002
===================================================================


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNyalah maka penulis dapat menyusun karya ilmiah dengan judul : “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Permainan Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Sritejokencono Tahun Pelajaran 2012/2013” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
            Penulisan karya ilmiah ini disusun sebagai tugas mandiri pada mata kuliah Teknik Menulis Karya Ilmiah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian proposal ini.
            Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penulisan karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.




Kotagajah, 06 Oktober 2013
Penulis


HABIBI MALIK
NIM 017543139

===================================================================


ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PERMAINAN PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V SDN 1 SRITEJOKENCONO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH :

NAMA       :    HABIBI MALIK
NIM             :   017543139


Siswa SD pada umumnya menganggap mata pelajaran IPA merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang tergolong sulit dimengerti dan dipahami. Akibatnya siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran IPA, akibatnya nilai IPA siswa  yang diperolehnya tidak mencapai optimal.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inguriy) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Keterlibatan dan aktifitas  yang  besar dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA yang diproleh siswa.
Metode pembelajaran permainan dalam pendidikan IPA di SDN 1 Sritejokencono sangat tepat untuk diterapkan untuk meningkatkan hasil dan minat belajar siswa.
Pada penelitian menggunakan dua tabel pengambilan data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif yang kemudian dibandingkan total hasilnya sebelum dan sesudah menggunakan metode permainan pada pembelajaran IPA di SD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil dan minat belajar siswa dengan menggunkan metode permainan.


Kata Kunci : Prestasi belajar, metode permainan, mata pelajaran IPA


===================================================================


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i           
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
ABSTRAK............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
I.          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.     Batasan Masalah...................................................................................... 2
D.    Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
E.     Hipotesa................................................................................................... 2

II.       KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 4

III.    METODOLOGI PENELITIAN
A.       Desai Penelitian..................................................................................... 9
B.       Pelaksanaan Tindakan .......................................................................... 10
C.       Observasi.............................................................................................. 10

IV.    HASIL PEMBAHASAN ............................................................................... 13

V.       KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan............................................................................................................. 16
B.     Saran ...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17



==================================================================


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Siswa SD pada umumnya menganggap mata pelajaran IPA merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang tergolong sulit dimengerti dan dipahami. Siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran IPA, akibatnya nilai IPA siswa  yang diperolehnya tidak mencapai optimal.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktik untuk mengembangkan kompetensi, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep,dan prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pemahaman pengetahuan alam melalui kegiatan belajar mengajar di SD dapat dijadikan landasan Ilmu Pengetahuan Alam pada pendidikan selanjutnya.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inguriy) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Keterlibatan dan aktifitas  yang  besar dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA yang diproleh siswa.

Oleh karena itu metode pembelajaran permainan dalam pendidikan IPA di SDN 1 Sritejokencono sangat tepat untuk diterapkan untuk meningkatkan hasil dan minat belajar siswa.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pendahuluan, disusun permasalahan sebagai berikut:
  1. Apakah penggunaan metode permainan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA ?
  2. Apakah ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA jika menggunakan metode permainan?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
  1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui metode permainan di kelas V SDN 1 Sritejokencono.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode permainan dalam pembelajaran IPA.

D.    HIPOTESIS
Dari hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat
Bagi siswa:
-          Meningkatkan dan memperbaiki hasil belajar siswa.
-          Meningkatkan minat belajar siswa dalam proses KBM.
-          Siswa lebih bergairah dalam belajar dan tidak membosankan.
-          Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
-          Membantu siswa mengembangkan keterampilan mencatat yang baik.
-          Memberikan keterampilan bagi siswa untuk mencari informasi sendiri.
-          Dapat mengembangkan disiplin dan tanggung jawab.

Bagi guru:
Dapat membantu memperbaiki pembelajaran siswa secara profesional, serta memungkinkan secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Bagi sekolah:
Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi guru, telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.
==================================================================
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Menurut Purwanto (1986:85) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Menurut Hamalik (1982:82) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perbuatan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara dan bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Menurut Margon (1978) belajar dapat diartikan sebagai hasil akhir dari latihan berupa perubahan tingkah laku yang relatif mantap dan merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup lama. Dari pendapat Purwanto dan Margon di atas terlihat adanya suatu persamaan yang mendasar bahwa belajar adalah proses perubahan.

B. Pengertian Hasil Belajar
Haward Kingsley (1970:75) membagi tiga macam hasil belajar yakni:
1)      Keterampilan dan kebiasaan
2)      Pengetahuan dan keterampilan
3)      Sikap dan cita-cita
Dalam rangkaian kegiatan belajar yang mempunyai ciri-ciri tertentu, Oemar Hamalik (1982:430) mengemukakan bahwa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut
1.      Proses belajar ialah mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui.
2.      Proses belajar itu melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3.      Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara berkesinambungan.
4.      Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi pembawaan dan lingkungan.
5.      Proses belajar dan hasil belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual.
6.      Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan sebagai peserta didik.
7.      Proses belajar yang terbaik adalah apabila mengetahui status dan kemajuannya.
8.      Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dan berbagai prosedur.
9.      Hasil-hasil belajar secara fungsional bertali satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.
10.  Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.

Hasil belajar adalah bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan merupakan nilai yang diperoleh siswa dari proses belajar. Ketercapaian suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur melalui tes.
Hasil belajar adalah suatu indeks yang dapat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar ( Surachman, 1989) dan menurut Sujana (1995) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu.Mulyono (1986) yang dikutip oleh Winkel (1999) mengemukakan bahwa :
Hasil Belajar adalah kemampuan yang diproleh anak setelah melalui kegiatan belajar, belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari sseorang yang berusaha untuk memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relative mantap.
Berdasarkan pendapat Mulyono dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar.Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Selain pembelajaran bukan hanya dilihat dari hasil belajar siswa saja tetapi dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada siswa. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan pernah dialami sebelumnya.

C. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sardiman (2001 : 93 ) mengemukakan bahwa : Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah – sekolah tradisional. Dalam prosesbelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berfikir dan berbuat. Slameto (1995 : 36) menyatakan :
Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda : seperti siswa akan mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.

Diedrich yang dikutip oleh Sardiman ( 2001:95 ) membuat suatu daftar yang berisi macam – macam kegiatan siswa, antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : (1) Visual activities, (2) Oral Activities, (3) Listening avtivities, (4) Writing activities, (5) Drawing activities, (6) Motor activities. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif, maka siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik. Pada kegiatan pembelajaran, perhatian siswa merupakan kesadaran yang menyertai aktivitas siswa. Hamalik (1994:74) berpendapat :
Kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi siswa yaitu siswa memperoleh pengalaman langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar, kemampuan berfikir kritis, dan suasana pembelajaran di kelas mennjadi hidup dan dinamis.

Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terdiri, dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan. Beberapa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran (off task) seperti (1) berbicara yang tidak sesuai dengan pembelajaran, (2) tidak mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, (3) mengerjakan tugas lain. (4) mengganggu teman kelompok, (5) mencari perhatian. (Hopkins, 1993 :105).

Menurut pendapat WS.Winkel (1983:48) menyatakan bahwa aktivitas belajar ata kegiatan belajar adalah : Segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan belajar yaitu hasil belajar yang dicapai.

Menurut Abdurrahman (2006:34) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah : Seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru. Salah satu pembelajaran menggunakan alat peraga Seqip IPA adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
==================================================================


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1.      Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah. Subjek penelitian adalah siswa kelas V pada SDN 1 Sritejokencono pada pembelajaran dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari 4 siswa sebagai anggotanya dengan jumlah siswa pada satu kelas terdiri dari 20 siswa.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester gasal pada siswa kelas V di SDN 1 Sritejokencono tahun 2013/2014. Karakteristik yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
1)      Hasil belajar relatif rendah
2)      Aktivitas siswa kurang

3. Langkah-Langkah Tindakan
A. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah
a.       Membuat skenario pembelajaran
b.      Membuat rencana pembelajaran

B. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar melalui metode permainan.

  1. Observasi lembar kerja teknologi produksi masa lalu dan masa sekarang.
  2. Melakukan pemantauan RPP untuk melihat bagaimana aktivitas siswa ketika seluruh proses tindakan dilakukan.
  3. Melakukan evaluasi atau tes hasil belajar setelah melakukan metode permainan.
C. Observasi
Dilaksanakan terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi dan hasil belajar.

4. Instrumen
Dalam mengadakan pengamatan dan wawancara, digunakan beberapa perlengkapan yaitu:
1)      Mengunakan lembar observasi untuk mengamati aktifitas siswa, minat belajar siswa serta guru dalam prose pembelajaran.
2)      Menggunakan lembar tes formatif untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
3)      Tes yang berfungsi sebagai indikator untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran.

Tabel 1. Jenis data dan metode pengumpulan data

No
Jenis Data
Metode
1
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Lembar observasi
2
Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
Lembar observasi
3
Hasil belajar siswa
Tes akhir

5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik kualitatif deskriptif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Pengelompokan data pendahuluan
  2. Pengelompokan data akhir
  3. Interpretasi
  4. Tindakan lanjut

Data Kuantitatif
Tabel 2. Data hasil belajar

No
Nama Siswa
Nilai
Peningkatan
Tes Awal
Tes Akhir

1




2




3





Keterangan:
            Nilai                = jumlah jawaban yang benar
            Peningkatan    = nilai tes akhir – nilai tes awal



Data Kualitatif

Tabel 3. Data untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Keterangan
1
2
3
4
5
1








2








3









Keterangan :

  1. Aktif dalam diskusi
  2. Mengeluarkan pendapat
  3. Bekerja sama
  4. Membuat catatan
  5. Bertanya
===================================================================


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
Dari hasil pelaksanaan penelitian ini penulis mendapatkan hasil sebagai berikut :
Data Kuantitatif
Tabel 4. Data hasil belajar

No
Nama Siswa
Nilai
Peningkatan
Tes 1
Tes 2
1
Adi Saputra
55
60
5
2
Ainun Markhamah
60
70
10
3
Anggik Hartian
65
70
5
4
Anggit Ardiyanto
65
70
5
5
Doni Anggara
55
60
5
6
Echya Munica
60
65
5
7
Kholifatul Musholla
60
70
10
8
Leni Nofita Sari
75
75
0
9
Leny Tiana
75
85
10
10
Mella Septiana
65
70
5
11
Mia Wahyu Pertiwi
60
65
5
12
Nanang Arbi P
60
65
5
13
Nanang Ardiansyah
75
80
5
14
Nur Usai P
65
75
10
15
Pixka Yuliyanti
60
70
10
16
Rahmat Adi
70
80
10
17
Riyan Yuda
70
80
10
18
Roni Prastiyo
65
70
5
19
Serly Masahul
60
65
5
20
Tin Yuniawati
60
65
5
Jumlah
1.280
1.410
130

Keterangan:
Nilai                                 =     jumlah jawaban yang benar
Peningkatan                     =     nilai tes akhir – nilai tes awal
Nilai Tes 1                       =     nilai yang didapat sebelum tanpa menggunakan metode permainan
Nilai Tes 2                       =     nilai yang didapat menggunakan metode permainan


Data Kualitatif
Tabel 5a. Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum menggunakan metode permainan

No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Keterangan
1
2
3
4
5
1
Adi Saputra


Ö


1

2
Ainun Markhamah
Ö




1

3
Anggik Hartian



Ö

1

4
Anggit Ardiyanto



Ö

1

5
Doni Anggara



Ö

1

6
Echya Munica

Ö



1

7
Kholifatul Musholla

Ö



1

8
Leni Nofita Sari



Ö

1

9
Leny Tiana



Ö

1

10
Mella Septiana




Ö
1

11
Mia Wahyu Pertiwi




Ö
1

12
Nanang Arbi P


Ö
Ö

2

13
Nanang Ardiansyah


Ö
Ö

2

14
Nur Usai P



Ö

1

15
Pixka Yuliyanti


Ö


1

16
Rahmat Adi


Ö


1

17
Riyan Yuda


Ö


1

18
Roni Prastiyo



Ö

1

19
Serly Masahul



Ö

1

20
Tin Yuniawati



Ö

1

Jumlah Skor





22


Tabel 5b. Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode permainan

No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Keterangan
1
2
3
4
5
1
Adi Saputra

Ö
Ö


2

2
Ainun Markhamah
Ö


Ö

2

3
Anggik Hartian



Ö
Ö
2

4
Anggit Ardiyanto



Ö
Ö
2

5
Doni Anggara



Ö
Ö
2

6
Echya Munica

Ö
Ö
Ö

3

7
Kholifatul Musholla
Ö
Ö


Ö
3

8
Leni Nofita Sari

Ö
Ö
Ö

3

9
Leny Tiana

Ö
Ö
Ö

3

10
Mella Septiana


Ö

Ö
2

11
Mia Wahyu Pertiwi


Ö

Ö
2


No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah
Skor
Keterangan
12
Nanang Arbi P


Ö
Ö

2

13
Nanang Ardiansyah
Ö

Ö
Ö

3

14
Nur Usai P


Ö
Ö

2

15
Pixka Yuliyanti


Ö


1

16
Rahmat Adi


Ö
Ö

2

17
Riyan Yuda


Ö


1

18
Roni Prastiyo

Ö

Ö

2

19
Serly Masahul

Ö

Ö

2

20
Tin Yuniawati

Ö

Ö

2

Jumlah Skor





43


Keterangan :
  1. Aktif dalam diskusi
  2. Mengeluarkan pendapat
  3. Bekerja sama
  4. Membuat catatan
  5. Bertanya

B.     Pembahasan
Dari hasil yang didapat dari data kuantitatif pada tabel 4  terlihat bahwa total tes 1 (tes sebelum mendapat metode permainan) adalah 1.280. Setelah mendapat metode permainan kemudian diberikan tes kembali, yakni tes 2 mendapat total nilai 1.410 sehingga mengalami peningkatan sebesar 130. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya metode permainan dapat meningkatkan hasil prestasi anak didik.
Kemudian pada tabel 5a, yakni untuk mengetahui data kualitif anak, dapat dilihat bahwa jumlah skor sebelum mendapat metode permainan sebesar 22. Setelah mendapat metode permainan yang dapat dilihat pada tabel 5b didapat 43 skor nilai. Hal ini juga menunjukkan bahwa metode permainan pada pelajaran IPA juga dapat meningkatkan kualitas belajar anak didik.
===================================================================


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    KESIMPULAN
Dari hasil yang didapat serta analisis dari penulis yang dilaksanakan pada SDN 1 Sritejokencono Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode permainan pada mata pelajaran IPA Kelas V dapat meningkatkan prestasi serta kualitas belajar anak didik.


B.     SARAN
Berdasarkan analisa data di atas yang telah diperoleh maka penulis mempunyai saran :
1.      Bagi Bapak/Ibu guru yang mengajar di SDN 1 Sritejokencono hendaknya juga menggunakan metode bermain untuk dapat meningkatkan prestasi dan kualitas belajar anak didik pada mata pelajaran IPA
2.      Bagi orang tua wali murid supaya tidak melarang putra-putrinya untuk bermain, karena memang masa mereka masih ada di situ sepanjang permainan tersebut tidak berbahaya, aman bagi anak, dan selalu diawasi.


===================================================================


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Erlita. YP. 2006. Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Materi Pokok Usaha dan Energi Menggunakan Analogi dan Demonstrasi Dengan Pendekatan Konstruktivisme. BL. FKIP Unila.

Hamalik, Oemar. 1982. Ciri-Ciri Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Hopkins, D. 1983. A. Techers Guide tto Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Kingsley, Haward. 1990. Penuntun Belajar Yang Sukses. Jakarta: Nina Karya        Jaya.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sujatmiko, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Depdiknas, 2004
TIM SEQIP. 2003. IPA Guru Kelas V.  Depdiknas.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.  Jakarta: PT. Gramedia.