This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Wednesday 29 April 2015

Cara Efektif Wawancara dengan Baik dan Benar

Cara Efektif Wawancara dengan Baik dan Benar




Sebelum kita membahas lebih dalam cara wawancara yang baik dan benar perlu kita ketahui dahulu pengertian dari wawancara itu sendiri. Wawancara dalam bahasa Inggris yaitu  interview yang artinya percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Wawancara memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai yaitu narasumber.
Kegiatan wawancara sebenarnya menjadi efektif dan efisien apabila kita mengetahui teknik dan rencana wawancara yang benar. Teknik wawancara memiliki banyak macamnya. Jika kita melakukan wawancara terhadap seseorang, kita dapat memakai teknik individual atau perorangan. Kegiatan wawancara ini bisa berbeda bergantung kepada orang, tempat, waktu, dan hal yang mau dibicarakannya.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak terkesan kaku sehingga narasumber mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
  1. Netral, pewawancara tidak diperkenankan berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh yang diwawancari karena tugas pewawancara adalah merekam seluruh keterangan dari yang diwawancarai, baik yang menyenangkan ataupun tidak.

  2. Ramah, disini pewawancara harus dapat membuat suasana menjadi menarik minat narasumbernya.

  3. Adil, pewawancara diharus bisa memperlakukan semua narasumbernya dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua narasumbernya bagaimanapun keberadaannya.

  4. Hindari ketegangan, jangan sampai narasumber merasa dirinya sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana menjadi terasa tegang, narasumber mempunyai hak untuk membatalkan pertemuan dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Setelah kita mengetahui sikap-sikap apa saja yang harus dimiliki seorang pewawancara, maka kita akan berlanjut membahas cara agar wawancara berlangsung dengan baik dan efektif. Ada beberapa hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara tersebut diantaranya :
  1. Kita harus menghubungi terlebih dahulu orang yang akan kita wawancarai, baik secara langsung mendatangi orang tersebut maupun tidak langsung seperti melalui telepon dan pastikan kesediaannya untuk diwawancarai seperti kapan, di mana, pukul berapa, narasumber tersebut bersedia untuk diwawancarai.

  2. Persiapkan alat-alat yang nanti akan dibutuhkan saat mewawancara seperti buku, alat tulis, ataupun rekaman pada saat mewawancarai.

  3. Kita harus menguasai masalah yang akan ditanyakan. Persiapkan daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan 6 unsur berita, yaitu 5W + 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana) hubungkan sesuai dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara. Pada saat kegiatan wawancara berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan yang telah disusun.

  4. Perhatikan cara berpakaian, gaya bicara, dan sikap agar menimbulkan kesan yang simpatik. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu sesuai perjanjian.
Pada saat melakukan wawancara ada pegangan umum yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan wawancara. Pegangan umum tersebut hendaknya dilakukan oleh pewawancara agar wawancara tersebut berlangsung dengan baik dan benar. Ini lah pegangan umum tersebut :
  1. Kita harus menjelaskan dahulu identitas kita sebelum wawancara itu dimulai dan kemukakan juga tujuan dari wawancara kita.

  2. Kita dapat memulai wawancara kita dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum. Ini bermaksud memberikan pendekatan agar tidak langsung pada persoalan, misalnya saja kita dapat menanyakan dulu soal kesenangan atau hobi nara sumber. Jika dia sudah asyik berbicara, baru hubungkan dengan persoalan yang menjadi topik wawancara kita.

  3. Sebutkan nama narasumber kita secara lengkap

  4. Kita harus bertanya secara sopan dan hormat, jangan menanyakan hal-hal di luar permasalahan.

  5. Hindarilah pertanyaan yang berbelit-belit dan membingungkan.

  6. Dengarkanlah pendapat dan informasi secara saksama, usahakan tidak memotong agar keterangan tidak terputus. Tidak diperkenankan untuk meminta pengulangan jawaban dari narasumber.

  7. Kita diharuskan tetap menjaga suasana agar tetap informatif. Hormati petunjuk narasumber seperti “off the record”, “no comment”, dan lain-lain.

  8. Hindarilah pertanyaan yang menyinggung dan menyudutkan narasumber.

  9. Kita harus pandai mengambil kesimpulan, karena tidak semua jawaban dari narasumber kita dicatat.

  10. Berikan kesan yang baik setelah melakukan wawancara. Jangan lupa mohon diri, ucapkan terima kasih, dan mohon maaf.
Setelah semua proses wawancara selasai dilakukan kita akan lanjut mengemas hasil wawancara itu menjadi sebuah laporan hasil wawancara. Hasil wawancara ditulis dengan sebenar-benarnya, tidak diperkenankan untuk melakukan penambahan dan pengurangan secara berlebihan. Selalu memperhatikan kaidah-kaidah bahasa baku yang berlaku.  Memilih keterangan atau informasi yang penting dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Dalam penulisan hendaknya memelihara informasi yang penting dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Penyajian hasil laporan wawancara bergantung pada pewawancara bisa berupa narasi, dialog, esai, deskripsi,  dan sebagainya.
Sukses atau tidaknya wawancara yang kita lakukan selain ditentukan oleh sikap pewawancara juga ditentukan oleh perilaku dan penampilannya. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab atau komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup juga ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara sumber maupun pewawancara.

Tuesday 28 April 2015

INTERAKSI SOSIAL DENGAN LINGKUNGAN

A. INTERAKSI SOSIAL DENGAN LINGKUNGAN
Menurut H Bonner dalam Social Psichologhy
Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya ( Gerungan, 1996 : 51)
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial baik secara tunggal maupun bergabung seperti dikemukakan Bonner, Yaitu :
1.        Faktor Imitasi
Faktor imitasi sebagai suatu proses di mana seseorqang mengikuti sesuatu diluar dirinya. Cara-cara yang dapat dipelajari melalui proses imitasi, misalnya cara memberi hormat, cara menyatakan terima kasih, cara menyatakan kegembiran, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi lain yang sangat mempengaruhi imitasi.
2.        Faktor Sugesti
Sugesti di rumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Sugesti dan imitasi dalam gubungan dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya bahwa initasi seseorang mengikuti sesuatu dari luar dirinya, sedangkan sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya lau diterima orang lain dari luar.
Syarat-syarat terjadinya sugesti :
a.       Sugesti karena hambatan berpikir
b.      Sugesti karena pikiran terpecah-terpecah (disonansi)
c.       Sugesti karena otoritas atau prestise
d.      Sugesti karena mayoritas
e.       Sugesti karena will to believe
3.        Faktor Identifikasi
Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi sama atau sebentuk dengan orang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar atu berlangsung dengan sendirinya, irrasional.
Identifikasi berguna untuk melengkapi norma, cita-cita dan pedoman tingkah laku yang mengidentifikasi.
4.        Faktor Simpati
Simpati dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Timbul atas dasar logis, rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. Timbulnya simpati merupakan proses yang disaari manusia.
Dorongan utama simpati adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain.
Simpati menghubungkan orang tang satu dengan yang lain, sebaliknya antipati cenderung untuk menghambat atau meniadakan pergaulan antar orang.
B. FAKTOR LINGKUNGAN BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK
Faktor lingkungan dapat dibedakan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan setiap individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya melaui proses alloplastis maupun autoplastis, sedangkan bagi individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan akan menarik diri keluar dari lingkungannya.
Pembentukan opini publik dipengaruhi oleh lingkungan sosial primer, seperti keluarga, teman spermainan, pendidikan, agama, organisasi dan kecenderungan-kecenderungan yang lain yang relevan dan dimiliki oleh objek yang dipilih. Pembentukan opini publik tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan faktor yang mempengaruhi opini seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial primer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fakta pengalaman dan penilaian merupakan bagian dari perumusan opini yang mungkin terjadi dalam sejumlah kombinasi yang mungkin tidak berakhir dengan berbagai intensitas dan berbagai hasil.