This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Thursday 27 September 2018

Permainan Tradisonal Bebentengan (Analisis Komunikasi)

Analisis Komunikasi dalam Permainan Bebentengan

Oleh : Dede Dendi



A. Sejarah Permainan Bebentengan
Bebentengan adalah salah satu permainan tradisional yang sangat diminati oleh anak-anak pada zamannya untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar menghilangkan rasa penat. Bebentengan, di beberapa daerah sering kali dikenal sebagai rerebonan di daerah Jawa Barat, sedangkan di daerah lain juga dikenal dengan nama pris-prisanpal-palan, omerjek-jekan. Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau pertahanan. Kata bebentengan adalah Dwipurwa (pengulangan suku kata pertama) dengan memakai akhiran an yang artinya menyerupai atau berbuat seperti atau bukan sebenarnya. Permainan bebentengan mempunyai relevansi dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia terhadap Belanda menggunakan benteng yang akhirnya benteng tersebut dianalogikan terhadap kehidupan anak-anak lalu lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan permainan tradisional ini.
Menurut Yayat Sudaryat, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan Bandung mengatakan bahwa permainan bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu. Bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu, jika bebentengan pada zaman itu sebagai strategi pertahanan Indonesia terhadap gempuran penjajah Belanda, maka pada zaman sekarang bebentengan sebagai permainan yang maksud permainannya tak jauh beda dengan zaman dahulu, yaitu mempertahankan pertahanan dari serangan musuh,” jelas Yayat. Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang atau bahkan lebih sehingga jumlahnya tidak terbatas. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.
Permainan ini di mainkan oleh anak-anak di pedesaan untuk mengisi waktu bermain tepatnya pada saat zaman dulu saat bangsa Indonesia berhasil lepas dari penjajahan. Mengapa demikian? Menurut beberapa sumber bahwa permainan ini mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah dimana dalam permainan ini pemainnya berusaha untuk mengamankan daerahnya dan memperoleh kejayaannya yang di simbolkan dengan menduduki benteng lawan. Hal ini sama dengan tindakan rakyat Indonesia ketika zaman penjajahan dimana bengsa Indonesia bersatu mempertahankan daerahnya dan mengusir penjajah agar memperoleh kemerdekaan.
Mengapa dinamakan benteng-bentengan atau bebentengan? Karena salah satu markas penjajah pada zaman dahulu sering sering disebut dengan istilah “benteng” misal: benteng Duurstede,benteng Malioboro dan lainnya. Jadi dikenallah istilah benteng-bentengan sampai sekarang yang bertujuan untuk mengenalkan kepada khususnya anak-anak tentang perjuangan rakyat Indonesia untuk menduduki benteng penjajah (merdeka). Bentengan menjadi media anak untuk bersosialisasi karena permainan ini dimainkan secara bersama-sama. Permainan tradisional secara berkelompok dapat berpeluang mengembangkan kecerdasan interpersonal anak.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh bal'benteng' mereka masing-masing.
B.  Teknis Permainan Bebentengan
1.   Persiapan
Awal mula permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di lapangan atau tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas lapangan bulu tangkis. Kemudian anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, bila kelompok pertama berjumlah empat orang maka kelompok kedua juga berjumlah empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit atau pun hom pim pah (sesuai tradisi ditempat masing-masing).
2.   Peralatan
Pada permainan bebentengan ini para pemain tidak memerlukan alat-alat khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu kelompok masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya saling berjauhan, biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di sudut barat maka kelompok yang kedua di sudut timur.
3.   Peraturan

Setiap personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan bahwa status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama tidak menyentuh benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang berstatus lamo, dapat dikejar, diburu, dan ditawan oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru.

Personil yang menjadi tawanan akan berdiri bergandengan di dekat benteng lawan yang menawannya. Para tawanan tidak dapat lagi bebas memburu atau menyerang sampai mereka dapat dibebaskan. Para tawanan dapat dibebaskan oleh teman dari bentengnya dengan cara menyentuh teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.
1.   Permainan
Awal mula permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah satu personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh permainannya. Personil dari lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya. Dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama lainnya. Jika seorang lamo yang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan musuhnya.
Seorang lamo berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tak jadi tawanan musuhnya dan para personil yang berada pada markas bentengnya dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar personil kedua benteng.
Pada sela-sela permainan sering terjadi kehabisan personil karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan pengepung ini dapat membebaskan teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung benteng lawannya. Sisa personil dari benteng yang terkepung dapat mengejar para pengepung yang berstatus lamo untuk mempertahankan bentengnya, atau balik mengirim penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak menjaganya.
2.   Tawanan
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi penawan dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh dan dijaga ketat oleh musuh. Tawanan hanya bisa dibebaskan oleh temannya  apabila temannya dapat menyentuh dirinya dalam tempat tawanan musuh.
3.   Taktik
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai tugas seperti penyerang, penyerang akan maju atau mengekspansi wilayah untuk bisa sampai memegang benteng lawan atau sekedar memancing lawan maju dari bentengnya dan nanti akan dikejar oleh teman yang baru memegang benteng agar menjadi tawanan. Yang selanjutnya adalah mata-mata, mata-mata akan berada di dekat benteng untuk mengawasi musuh dan memberi aba-aba untuk menyerang lawan. Selain itu juga ada yang berperan sebagai pengganggu terutama saat raja benteng hanya sendirian dalam menjaga benteng. Dan penjaga benteng yang menjadi ketua dalam kelompok tersebut. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
4.   Akhir Permainan

Satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang mempertahankan benteng yang diserang tersebut. Biasanya benteng akan tersentuh disaat personil lawan berada dalam tawanan sementara penjaga benteng akan diserang oleh satu kelompok dengan berbagai cara, biasanya penjaga benteng yang sudah merasa kewalahan akan menyerah dengan keluar dari benteng sambil menyerang lawan. Tetapi ada juga yang bisa tersentuh dengan cara menyusup ke arah lawan tetapi strategi ini harus dimainkan dengan cerdas karena setiap kelompok mempunyai tim mata-mata. Setelah ada yang menang dan kalah, maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan bebentengan tersebut dari awal.


A.    Komunikasi dalam Permainan Bebentengan
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konsperensi atau dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Menginterpretasikan pendapat diatas saya memasukan bahwa salah satu dari komunikasi kelompok adalah komunikasi yang ada dalam permainan bebentengan. Karena dalam permainan ini terdiri dari empat orang samapai lebih, dimana dalam kelompok ini harus mengadakan musyawarah untuk menghasilkan ide yang cemerlang dalam mengalahkan lawan.
Dalam permainan ini harus ada seorang yang menjadi ketua atau dalam teknis permainan disebut penjaga benteng, sebagai instruktor kepada penggawa untuk melawan lawan kelompok lainnya. Komunukasi kelompok ini harus menghasilkan komunikasi yang efektif dalam mengatur strategi penyerangan, strategi yang diatur dan dijalankan berawal dari kontruksi ide penunggu benteng yang kemudian disepakati oleh para punggawa yang ditugaskan seperti bagian mata-mata dan penyerang.
Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok sehingga setelah ada komunikasi kelompok maka akan lahir komunikasi antar kelompok. Komunikasi antar kelompok dalam permainan bebentangan lahir karena dua kelompok ini mengadakan kesepakatan terlebih dahulu. Misalkan dalam mengatur jarak tawanan, jarak tawanan akan diatur dan disepakati oleh kedua kelompok untuk meminimalisir kecurangan dalam permainan dan begitupun dalam beberapa peraturan yang lain juga harus ada kesepakatan antar kelompok.
Hikmah dalam permainan ini adalah mengajarkan komunikasi yang baik terutama dalam komunikasi kelompok atau musyawarah, karena musyawarah adalah ajaran agama Islam yang dianggap penting tetapi sering kali diabaikan terutama di zaman sekarang. Hikmah yang selanjutnya adalah mengajarkan maqosidu sari`ah dengan cara mengajarkan hifdzu nafsi agar dirinya tidak tertawan dan bisa membela dari serangan musuh dan juga melatih bagaimana anak-anak mampu menjaga benteng (negara) dengan baik agar lebih cinta terhadap negeri Indonesia.