Analisis Komunikasi dalam Permainan Bebentengan
Oleh : Dede Dendi
A. Sejarah Permainan Bebentengan
Bebentengan adalah salah satu permainan tradisional yang sangat diminati oleh anak-anak pada zamannya untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar
menghilangkan rasa penat. Bebentengan, di beberapa daerah sering kali
dikenal sebagai rerebonan di daerah Jawa Barat, sedangkan di
daerah lain juga dikenal dengan nama pris-prisan, pal-palan, omer, jek-jekan.
Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau pertahanan. Kata
bebentengan adalah Dwipurwa (pengulangan suku kata pertama) dengan memakai
akhiran an yang artinya menyerupai atau berbuat seperti atau bukan sebenarnya.
Permainan bebentengan mempunyai relevansi dengan kehidupan masyarakat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia terhadap
Belanda menggunakan benteng yang akhirnya benteng tersebut dianalogikan
terhadap kehidupan anak-anak lalu lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan
permainan tradisional ini.
Menurut
Yayat Sudaryat, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan Bandung mengatakan bahwa
permainan bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu. Bebentengan sudah
ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu, jika bebentengan pada zaman itu
sebagai strategi pertahanan Indonesia terhadap gempuran penjajah Belanda, maka
pada zaman sekarang bebentengan sebagai permainan yang maksud permainannya tak
jauh beda dengan zaman dahulu, yaitu mempertahankan pertahanan dari serangan
musuh,” jelas Yayat. Benteng
adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4
sampai dengan 8 orang atau bahkan lebih sehingga jumlahnya tidak terbatas. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai
markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.
Permainan
ini di mainkan oleh anak-anak di pedesaan untuk mengisi waktu bermain tepatnya
pada saat zaman dulu saat bangsa Indonesia berhasil lepas dari penjajahan.
Mengapa demikian? Menurut beberapa sumber bahwa permainan ini mencerminkan
perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah dimana dalam permainan ini
pemainnya berusaha untuk mengamankan daerahnya dan memperoleh kejayaannya yang
di simbolkan dengan menduduki benteng lawan. Hal ini sama dengan tindakan
rakyat Indonesia ketika zaman penjajahan dimana bengsa Indonesia bersatu
mempertahankan daerahnya dan mengusir penjajah agar memperoleh kemerdekaan.
Mengapa dinamakan benteng-bentengan atau bebentengan? Karena
salah satu markas penjajah pada zaman dahulu sering sering disebut dengan
istilah “benteng” misal: benteng Duurstede,benteng Malioboro dan lainnya. Jadi
dikenallah istilah benteng-bentengan sampai sekarang yang bertujuan untuk
mengenalkan kepada khususnya anak-anak tentang perjuangan rakyat Indonesia
untuk menduduki benteng penjajah (merdeka). Bentengan
menjadi media anak untuk bersosialisasi karena permainan ini dimainkan secara
bersama-sama. Permainan tradisional secara berkelompok dapat berpeluang
mengembangkan kecerdasan interpersonal anak.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil
alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh
lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan
seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa
yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu
terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh bal'benteng' mereka
masing-masing.
B. Teknis Permainan Bebentengan
1. Persiapan
Awal
mula permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di lapangan
atau tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas lapangan bulu tangkis.
Kemudian anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok yang sama
rata, bila kelompok pertama berjumlah empat orang maka kelompok kedua juga
berjumlah empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit
atau pun hom pim pah (sesuai tradisi ditempat masing-masing).
2. Peralatan
Pada
permainan bebentengan ini para pemain tidak memerlukan alat-alat khusus, cukup
lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu kelompok
masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya saling berjauhan,
biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di sudut barat maka
kelompok yang kedua di sudut timur.
3. Peraturan
Setiap
personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan bahwa
status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama tidak menyentuh
benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang
berstatus lamo, dapat dikejar, diburu, dan ditawan oleh personil dari benteng
lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar
benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari benteng
lawan yang berstatus baru.
Personil yang menjadi tawanan akan berdiri
bergandengan di dekat benteng lawan yang menawannya. Para tawanan tidak dapat
lagi bebas memburu atau menyerang sampai mereka dapat dibebaskan. Para tawanan
dapat dibebaskan oleh teman dari bentengnya dengan cara menyentuh
teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.
1. Permainan
Awal
mula permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah satu
personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh permainannya.
Personil dari lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya.
Dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama
lainnya. Jika seorang lamo yang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh
lawan mainnya maka dia menjadi tawanan musuhnya.
Seorang
lamo berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tak jadi
tawanan musuhnya dan para personil yang berada pada markas bentengnya dapat
bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya. Demikian seterusnya
sehingga terjadi saling kejar mengejar antar personil kedua benteng.
Pada
sela-sela permainan sering terjadi kehabisan personil karena ditawan dan
bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan pengepung ini dapat membebaskan
teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng
lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung
benteng lawannya. Sisa personil dari benteng yang terkepung dapat mengejar para
pengepung yang berstatus lamo untuk mempertahankan bentengnya, atau balik
mengirim penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak
menjaganya.
2. Tawanan
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak
menjadi penawan dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk
menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh dan dijaga ketat oleh musuh. Tawanan
hanya bisa dibebaskan oleh temannya apabila
temannya dapat menyentuh dirinya dalam tempat tawanan musuh.
3. Taktik
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai
tugas seperti penyerang, penyerang
akan maju atau mengekspansi wilayah untuk bisa sampai memegang benteng lawan
atau sekedar memancing lawan maju dari bentengnya dan nanti akan dikejar oleh
teman yang baru memegang benteng agar menjadi tawanan. Yang selanjutnya adalah
mata-mata, mata-mata akan berada di dekat benteng untuk mengawasi musuh dan
memberi aba-aba untuk menyerang lawan. Selain itu juga ada yang berperan
sebagai pengganggu terutama saat raja benteng hanya sendirian dalam menjaga
benteng. Dan penjaga benteng yang menjadi
ketua dalam kelompok tersebut. Permainan ini sangat membutuhkan
kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
4. Akhir Permainan
Satu
kelompok dapat memenangkan
permainan jika salah satu personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa
disentuh oleh lawan yang mempertahankan benteng yang diserang tersebut. Biasanya benteng akan tersentuh
disaat personil lawan berada dalam tawanan sementara penjaga benteng akan
diserang oleh satu kelompok dengan berbagai cara, biasanya penjaga benteng yang
sudah merasa kewalahan akan menyerah dengan keluar dari benteng sambil
menyerang lawan. Tetapi ada juga yang bisa tersentuh dengan cara menyusup ke
arah lawan tetapi strategi ini harus dimainkan dengan cerdas karena setiap
kelompok mempunyai tim mata-mata. Setelah ada yang menang dan kalah, maka permainan selesai dan
dapat dimulai kembali permainan bebentengan tersebut dari awal.
A. Komunikasi dalam Permainan Bebentengan
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam kelompok kecil seperti dalam rapat,
pertemuan, konsperensi atau dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Menginterpretasikan pendapat diatas saya memasukan bahwa salah satu dari
komunikasi kelompok adalah komunikasi yang ada dalam permainan bebentengan. Karena
dalam permainan ini terdiri dari empat orang samapai lebih, dimana dalam
kelompok ini harus mengadakan musyawarah untuk menghasilkan ide yang cemerlang
dalam mengalahkan lawan.
Dalam permainan ini harus ada seorang yang
menjadi ketua atau dalam teknis permainan disebut penjaga benteng, sebagai
instruktor kepada penggawa untuk melawan lawan kelompok lainnya. Komunukasi
kelompok ini harus menghasilkan komunikasi yang efektif dalam mengatur strategi
penyerangan, strategi yang diatur dan dijalankan berawal dari kontruksi ide
penunggu benteng yang kemudian disepakati oleh para punggawa yang ditugaskan
seperti bagian mata-mata dan penyerang.
Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok
sehingga setelah ada komunikasi kelompok maka akan lahir komunikasi antar kelompok.
Komunikasi antar kelompok dalam permainan bebentangan lahir karena dua
kelompok ini mengadakan kesepakatan terlebih dahulu. Misalkan dalam mengatur
jarak tawanan, jarak tawanan akan diatur dan disepakati oleh kedua kelompok
untuk meminimalisir kecurangan dalam permainan dan begitupun dalam beberapa
peraturan yang lain juga harus ada kesepakatan antar kelompok.
Hikmah dalam permainan ini adalah mengajarkan
komunikasi yang baik terutama dalam komunikasi kelompok atau musyawarah, karena
musyawarah adalah ajaran agama Islam yang dianggap penting tetapi sering kali
diabaikan terutama di zaman sekarang. Hikmah yang selanjutnya adalah
mengajarkan maqosidu sari`ah dengan cara mengajarkan hifdzu nafsi agar
dirinya tidak tertawan dan bisa membela dari serangan musuh dan juga melatih
bagaimana anak-anak mampu menjaga benteng (negara) dengan baik agar lebih cinta
terhadap negeri Indonesia.