This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Monday, 27 January 2014

PERBANDINGAN SISTEM KOMUNIKASI

PERBANDINGAN SISTEM KOMUNIKASI

1.      SISTEM KOMUNIKASI MEDIA MDAN NON MEDIA
Sistem komunikasi non media adalah  komunikasi yang berbasi social dan mewujud dalam norma-norma social yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia. Beberapa aktivitas komunikasi dan transaksi informasi yang ada dalam sintem komunikasi nonmedia diakui dapat menyatukan masyrakat dan dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan di dalam masyrakat.dengan demikian kebebasan berkomunikasi dan pendapat public yang berbasis non media dapat berkembang dengan baik di Indonesia.
Sistem Komunikasi bermedia terkait dengan komponen komunikasi bermedia misalnya pers, dan media cetak lainnya, serta media penyiaran radio,televise dan film. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam system komunikasi bermedia pertama kebebasan komunikasi dalam media tersebut, opini public yang berkembang dan tingkat kehidupan media massa tersebut. Jika dibandingkan dengan system komunikasi non media, komunikasi bermedia yang berkembang di Indonesia justu kurang jelas. Secara Faktual, sistem komunikasi Indonesia mengacu pada idiologi Pancasila namun dalam praktiknya ada yang menilai system komunikasi Indonesia kearah sistem komunikasi libertian masyarakat dianggap sebagai mahluk berakal yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah (setelah orde baru).Dengan semakin diberikannya ruang publik rakyat yang berimbas pada perubahan dalam arus komunikasinya beberapa hal yang layak dicermati. Pertama, Sistem Komunikasimedia Indonesia harus memfungsikan partisipasi rakyat secara lebih besar.Sistem komunikasi  media yang tidak memberikan rakyat untuk memfungsikan dirinya dalam sistem komunikasi media sama saja sistem komunikasi itu mengalami set back (langkah mundur).Kedua, Sistem komunikasi  media sudah memasuki sistem yang lebih terbuka. Dan kenyataan ini menjadi sesuatu yang baik bagi proses Sistem komunikasi  media, sebab suatu sistem mempunyai ciri terbuka. Sistem Komunikasi Indonesia sudah memasuki era penggunaan media massa yang menuntutnya untuk tidak tertutup.Ketiga, ruang publik rakyat harus tetap dipertahankan dan diberikan dalam kadar yang lebih “kini dan masa datang”. Keempat, sistem komunikasi menjadi alat pemintal yang menghubungkan antar sistem dalam masyarakat, artinya sistem komunikasi harus mampu mempersatukan perbedaan multikultur masyarakat Indonesia atau bahwa sistem komunikasi harus mampu mendukung integrasi masyarakat Indonesia.Kelima, peran media massa menjadi sangat penting di tengah komunitas masyarakat yang kian besar, artinya media massa harus diberikan ruang bebas yang cukup agar bisa mengalokasikan kepentingan masyarakat dan pemerintah secara baik.Namun demikian harus tetap mendapat pengawasan yang diatur dalam sebuah undang-undang berasaskan Demokrasi.


1.      FUNGSI MEDIA BAGI MASYARAKAT
Media harus menginformasikan pada warganya mengenai apa yang terjadi di sekitar lingkungannya (Fungsi ini disebutkan sebagai fungsi media “surveillance” dan “monitoring”). Setiap kejadian yang merupakan sumber berita selayaknya diolah untuk menjadi sebuah berita dan disampaikan kepada masyarakat melalui media.Media harus mendidik dalam arti memberikan pemaknaan yang signifikan terhadap fakta tertentu.Berita yang disebarkan media mengandung fakta dan berarti bagi pengetahuan masyarakat yang disajikannya tersebut akurat.Media harus menyediakan sebuah arena bagi wacana politik, memfasilitasi format “opini publik” dan melayani proses umpan balik bagi masyarakat. Dengan konsensus Komunikasi Demokrasi media selayaknya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk beropini menanggapi sebuah berita sebagai umpan balik berita yang diterimanya baik yang memperjelas berita atau opini yang berbeda.Media memberikan ruang publisitas pada institusi pemerintahan ataupun institusi   politik. Pada peran dan kontribusi media dalam pembangunan media memberikan ruang kepada pemerintah untuk menyampaikan program kerja pemerintah atau politik sehingga pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat diketahui oleh masyarakat.Media dalam masyarakat demokratis menjalankan fungsi “advocacy” atau pembelaan terhadap fungsi politik tertentu. Dalam pendekatan hak-hak asasi manusia sistem komunikasi dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai pandangan politik baik yang berkeinginan untuk melenyapkan demokrasi ataupun yang menyuburkan nilai demokrasi tumbuh seiring dalam masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sistem media dikembangkan dalam konteks peran bahwa media tidak suci dan para penulis tidak secara otomatis mempunyai etika yang lebih tinggi dari politikus. Pemberitaan yang objektif serta komentar yang kritis merupakan sumbangan wartawan yang terbesar pada pengembangan hak-hak asasi manusia. Wartawan diharapkan berperan seprofesional mungkin sehingga kebebasan pers dapat dimaknai sedemikian rupa.

2.      HUBUNGAN ANTARA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN SISTEM SOSIAL DAN SYSTEM POLITIK YANG SEDANG BERLANGSUNG DI INDONESIA
Sistem berasal dari bahasa Yunani sistema yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.
Sesuatu dapat dikatakan sebagai sistem apabila paling tidak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya interdependensi, artinya komponen-komponen dalam suatu sistem saling berkaitan, berinteraksi dan saling berinterdependensi satu sama lain.
2. Keluaran (output) dari suatu sistem sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
3. Eksistensi kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya.
4. Sebagai suatu kesatuan yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output) atau tujuan tertentu.
Tak bisa dipungkiri, sistem komunikasi tak akan terlepas dari sistem sosial sehingga tidaklah mengherankan bila membahas tentang komunikasi maka tak lain kita sedang membahas satu dimensi dalam ilmu sosial. komunikasi ialah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola interaksi antar manusia (human communication) dengan menggunakan ide atau gagasan lewat lambang atau bunyi ujaran.

Sistem Komunikasi Indonesia sebagai suatu sistem tidak bisa berdiri sendiri. ia berkaitan erat dengan sistem-sistem lainnya. Secara umum hubungan antara sistem komunikasi dengan sistem lainnya ialah sebagai berikut:
1.      Sistem komunikasi dipengaruhi oleh sistem sosial. Sistem sosial merupakan suatu bangunan sistem yang besar dimana di dalamnya terdapat beberapa subsistem, antara lain sistem ekonomi, sistem politik, sistem budaya dan sistem komunikasi itu sendiri yang bersama-sama dengan sistem lainnya membangun eksistensi sistem sosial secara bersama-sama.
2.      Sistem komunikasi dipengaruhi oleh sistem politik. Sistem komunikasi dan sistem politik memiliki keterkaitan yang erat, dimana sistem politik suatu Negara akan sangat mempengaruhi pola sistem komunikasi Negara yang bersangkutan.
3.      Sistem Komunikasi mempengaruhi sistem sosial dan sistem Politik. Dalam pelalaksanaan sistem sosial dan sistem politik peranan sisten komunikasi sangat berperan untuk tercapainya tujuan kedua sistem tersebut walaupun keduanya sudak baik tetapi jika tidak ditunjang dengan cara komunikasi yang baik pula maka pencapaian tuajuannya kurang maksimal.

Menurut Harold D. Laswell, komunikasi memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1.   Penjajagan atau pengawasan lingkungan (surveillance of environtment)
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environtment
3.  Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transmission of the social heritage)

Sementara itu Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi lagi dalam komunikasi, yaitu entertainment (hiburan) yang merujuk pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.

Perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat di Indonesia akan mengubah pola arus informasi yang berkembang. Perkembangan yang pesat tersebut jelas membutuhkan kajian khusus dan mendalam.Indonesia adalah Negara yang multietnis. Dengan kata lain Indonesia adalah Negara yang memiliki tingkat heterogenitas Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) yang tinggi. Ini memungkinkan masing-masing daerah di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dalam pola komunikasinya.


ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI: Analisis Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Praktek Komunikasi PR

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI: Analisis Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Praktek Komunikasi PR

Filsafat Ilmu Komunikasi diartikan sebagai “kegiatan berpikir dan mengkaji secara lebih mendalam, cermat, dan kritis terhadap proses komunikasi yang meliputi ontologinya, epistemologinya maupun aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses komunikasi tersebut.” (Kriyantono 2012: 47)
Dalam hal ini, filsafat komunikasi berarti menggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri. Hal ini dapat bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi. Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasi adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.” (Kriyantono 2012: 48)
Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.
Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment. (Kriyantono, 2012: 70)
Adapun objek kajian ilmu komunikasi terbagi menjadi tiga materi komunikasi, yaitu, komunikasi massa, Public Relations, dan komunikasi Bisnis. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis materi komunikasi Public Relations.
International Public Relations Association (IPRA) menyatakan bahwa,
PR merupakan fungsi manajemen khusus yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya, yang melibatkan manajemen problem, membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum, mendefinisi dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya. (Rumanti, 2005: 10)
Dari definisi tersebut dapat saya simpulkan bahwa public relations adalah fungsi managemen yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik secara teratur antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, baik internal maupun eksternal. PR muncul sebagai gabungan dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, komunikasi dan lain-lain sebagai hasil perkembangan masyarakat global dan modern yang menyadari akan berkomunikasi dan bagaimana berelasi antara satu orang dengan yang lainnya dalam lingkungan organisasi. Kemajuan teknologi yang begitu pesat juga mendorong perkembangan kemajuan public relations dalam teori dan praktiknya. Manusia semakin menyadari bagaimana pentingnya relasi organisasi dengan masyarakat sebagai alat untuk merealisasikan sasaran yang ingin dicapai sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Untuk analisis lebih lanjut, saya memberikan salah satu studi kasus tentang bagaimana peranan PR dalam perusahaan.

PERAN PUBLIC RELATIONS PT. TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY DALAM MENGATASI KONFLIK INTERNAL PERUSAHAAN

Telkom merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang memiliki jumlah karyawan cukup besar dengan karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. Adanya perbedaan keinginan dari setiap karyawan mampu memicu munculnya konflik dalam perusahaan. Salah satu contoh konflik internal perusahaan yaitu demo yang terjadi di halaman gedung Telkom Divre pada 1 Maret 2010. Penyebab utama munculnya demo ini adalah karyawan merasa keberatan dengan kebijakan penurunan gaji yang dilakukan oleh perusahaan pada 48 karyawan yang terkena penurunan jabatan sebagai akibat transformasi jabatan yang dilakukan perusahaan pada 1 Februari 2010.
Dalam kasus ini peranan seorang PR sangat penting untuk mengatasi konflik dan menjembatani perusahaan dengan karyawan untuk memperoleh pemecahan masalah guna menemukan titik temu yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak serta sebagai wujud menjaga citra baik perusahaan baik di mata karyawan dan perusahaan lain serta di masyarakat.
Dalan kajian ontologi, seorang PR harus bisa menemukan apa yang menjadi permasalahan inti yang dihadapi oleh karyawan dan perusahaannya. Berdasarkan empat isu penting dalam kajian ontologi dapat saya jabarkan sebagai berikut:
1.      Sejauh mana manusia membuat pilihan-pilihan nyata?
Setiap orang mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan dalam kehidupan mereka , hal ini bergantung pada lingkungan dan kondisi-kondisi sebelumnya dan manusia sebagai entitas yang mengambil keputusan dalam mempengaruhi dirinya untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dalam permasalahan diatas, adalah wajar ketika para karyawan berdemo dan menuntut karena terjadi penurunan gaji terhadap beberapa karyawan yang dinilai tidak adil. Karyawan bisa bertindak demikian karena merasa kehidupannya bergantung dari pekerjaan mereka, sehingga sangatlah wajar apabila mereka memperjuangkan hak mereka terhadap perusahaan. dalam hal ini, tugas seorang PR juga harus mampu melihat, memilih dan mengambil keputusan guna menemukan solusi dengan memandang tidak hanya pada arah kebaikan perusahaan tetapi juga kebaikan karyawan sebagai sumber daya perusahaan.
2.      Apakah perilaku manusia sebaiknya dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat?
Keadaan adalah kondisi-kondisi temporer yang memungkinkan manusia untuk berubah. Karakter manusia sangatlah dinamis, setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Dalam kasus diatas, seorang PR harus bisa mengerti dan mampu mengendalikan kondisi yang terjadi pada karyawan. PR harus bisa menghandel apa yang diinginkan karyawan guna meredam amarah dan mencairkan suasana tegang yang terjadi.
3.      Apakah pengalaman manusia semata-mata bersifat individual atau sosial?
Manusia disebut sebagai seorang individu tetapi juga makhluk sosial jika dilihat dari pola interaksinya dengan orang lain. Dalam memahami persoalan karyawan, seorang PR harus mengeti apa yang menjadi keinginan masing-masing karyawannya lalu mengambil satu kesimpulan yang mencangkup semua kebutuhan karyawannya kemudian diapresiasikan bisa dalam bentuk kebijaksaan baru yang tentunya tidak bertabrakan dengan kepentingan perusahaan tetapi mampu memberikan kenyamanan bagi karyawan.

Dalam kajian epistemologi, disini seputar pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan termasuk bagaimana metode mencari pengetahuan tersebut. Dalam permasalahan PT. Telkom diatas, Public Relations harus mencari cara terbaik untuk menyelesaikan problema perusahaan, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara penyelesaian konflik seperti dalam teori pendekatan terhadap resolusi konflik, diantaranya kerja sama, seorang PR harus mampu menyatukan seluruh komponen dalam organisasi atau lembaga dalam mengatasi sebuah konflik. Akomodasi, suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi sosial antara pribadi maupun kelompok untuk meredakan konflik yang terjadi. Kompromi, persetujuan dengan jalan damai atau saling mengurangi tuntutan dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk kedua belah pihak. Mediasi, bagaimana seorang PR mampu menjadi penengah dalam konflik yang terjadi. PR bisa menjadikan salah satu cara tersebut sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
Dalam kajian aksiologi, yaitu pertanyaan seputar nilai dan manfaat yang didapat dari sebuah ilmu. Disini, seorang PR dalam menyelesaikan sebuah konflik harus berorientasi pada hasil akhir yang mampu memberikan dampak positif abik kepada perusahaan dan karyawannya.
Menurut Cutlip Center & Canfield (2012), adapun fungsi seorang PR dalam perusahaannya, diantaranya: Menunjang aktivitas utama menagemen dalam mencapai tujuan bersama, membina hubungan yang harmonis antara badan dengan publiknya, mengidentifikasi segala sesutatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi, melayani keinginan publik dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan managemen, menciptakan komunikasi dua arah dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisai ke publiknya.
Sedangkan sebagai fungsi manajemen menurut Majelis PRSA, 6 Nopember 1982, dalam pernyataan resminya tentang PR dari Public Relations Society of America, hubungan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini:
  1. Mengantisipasi, menganalisa, dan menerjemahkan, pendapat publik, sikap dan masalah yang mungkin berdampak baik ataupun buruk terhadap jalan serta rencana organisasi.
  2. Memberi memberi anjuran kepada manajemen pada semua jenjang di dalam organisasi, dengan memperhatikan keputusan kebijaksanaa, rangkain tindakan, dan komunikasi dengan memperhitungkan percabangan masyarakatnya dan tanggung jawab sosial atau tanggung jawab kewarganegaraan,
  3. Meneliti, melaksanakan dan mengevaluasi program tindakan dan komunikasi secara berkelanjutan agar masyarakat yang diberi informasi memperoleh pemahaman, sehingga dicapai tujuan organisasi. Program-program itu dapat mencakup pemasaran, keuangan, pengumpulan dana, hubungan dengan karyawan atau pemerintah, dan lainnya
  4. Membuat rencana dan menerapkan upaya organisasi untuk mempengaruhi atau mengubah kebijakan umum.
  5. Menentukan sasaran, membuat rencana, membuat anggaran, menyaring dan melatih staff, mengembangkan fasilitas. Singkatnya, mengelolah sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan semua yang diatas.
Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi.
Dalam permasalahan ini komunikasi internal dengan karyawan menjadi kunci utama suksesnya program perusahaan. Fungsi komunikasi internal adalah mengusahakan agar para karyawan mengetahui apa yang sedang dipikirkan managemen dan begitu pula sebaliknya yang seharusnya. Perusahaan harus bisa menerapkan asas keterbukaan tentang apa saja yang terjadi dalam perusahaan. Keterbukaan ini dapat meliputi program informasi kepada karyawan terkait praktik perusahaan dimana  mereka memiliki kepentingan pribadi, seperti pekerjaan, kondisi pekerjaan, tunjangan tambahan, produk baru, penelitian dan pengembangan, keuangan perusahaan, gaji, perluasan pabrik, personalia, promosi dan masalah lain yang memengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan. Apabila tidak diberikan informasi seperti itu, yang terjadi adalah seperti kasus PT. Telkom diatas, karyawan akan membuat asumsi sendiri, yang mungkin salah, atau mereka mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat.
Moore dalam bukunya yang berjudul Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi menyatakan bahwa
“Landasan bagi hubungan karyawan yang baik adalah kebijasanaan personalis yang logis yang mendorong perusahaan untuk memberikan pekerjaan yang teratur, kondisi pekerjaan yang baik, upah yang memadai, kesempatan untuk memperoleh kemajuan, penghargaan terhadap prestasi, pengawasan yang baik, kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta keuntungan yang diinginkan kepada karyawannya.” (Moore 2004: 346)

Tentunya para karyawan tidak akan merasa nyaman dalam bekerja apabila perusahaan memberikan gaji kecil, pekerjaan yang banyak dan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

Setiap orang termasuk seorang  PR memiliki kebebasan untuk menyampaikan sebuah pemberitaan. Salah satu kegiatan PR adalah human relations artinya komunikasi persuasif yang dilakukan oleh PR kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi sehingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan hati pada dua pihak. Namun dalam penyajian informasi kepada khalayak terkadang seorang PR bertabrakan dengan kebenaran yang sesungguhnya untuk menjaga citra perusahaan.
Untuk membuat dan mempertahankan citra yang baik sangatlah sulit ketimbang merusak dan menghancurkannya sehingga tidak jarang perusahaan melakukan berbagai macam cara untuk terhindar dari segala isu atau hal negatif yang dapat menghancurkan reputasi maupun citra perusahaan meskipun terkadang dalam hal ini peranan seorang PR mau tidak mau harus ikut menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Terkait keterbukaan, tidak semua informasi dibuka setransparan mungkin, ada batasan-batasan yang mungkin pihak diluar managemen tidak bisa mengetahuinya.
Selain itu, dalam membina hubungan yang baik, PR juga harus menjalin relasi yang baik pula dengan media massa. Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations, menyatakan tentang definition of press relations. The role of press relations is to achieve maximum publication or broadcasting of PR information in order to create knowledge and understanding (1991: 92). Batasan Jefkins mengenai peranan hubungan pers adalah untuk memperoleh pemuatan atau penyiaran secara maksimal tentang informasi PR yang disampaikan untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan pengertian publiknya.
Press relations adalah salah satu bagian dari PR, hubungan pers tidak hanya terbatas kepada pers, tetapi termasuk semua media yang memuat berita seperti pers (surat kabar/majalah), radio, televisi, dan cinema newsreel. Penting dalam sebuah kegiatan PR menjalin hubungan pers atau media relations yang baik dengan para pemimpin dan reporter surat kabar. Perlakuan yang berdasarkan like dan dislike dalam memberikan keterangan dapat menimbulkan adanya berita-berita yang tidak akurat, bahkan berita yang tidak benar tentang organisasi yang mungkin dapat membawa kerugian. Hubungan pribadi antara PR dan pers tidak berarti harus melacurkan profesi masing-masing dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Misalkan berita-berita yang sebenarnya tidak layak muat atau terjadi distorsi dalam pemuatannya akan membohongi pembaca. Baik pers maupun PR harus tetap proposional dalam pemuatan dan penyiaran berita. Dalam pengertian pers menyiarkan berita untuk kepentingan sebagian besar pembacanya, bukan malah menjadi juru bicara atau kepanjangan tangan PR.
Begitu pula PR tidak memaksakan kehendak atau mendapat perlakuan istimewa agar setiap informasi PR harus selalu dimuat atau disiarkan, yang sebenarnya tidak layak berita. Kaitan PR dengan pers atau media massa harus tetap erat, karena PR tidak dapat meninggalkan pers sebagai sarana informasi publik PR, sebaliknya pers membutuhkan informasi resmi, akurat dan lengkap, biasanya didapatkan dari PR. Jadi semacam pertalian yang bersifat simbiosis.
Adapun fungsi PR yang dilaksanakan dengan baik akan menjadi alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, dan suasana kerja kondusif. Baik filsafat, pengertian dan sejarah maupun fungsinya PR berakar pada pola pikir pragmatis dan harmonis, terutama dalam kaitannya menimimalisir konflik dengan mengutamakan pendekatan, komunikasi timbal balik akan sangat membantu menemukan strategi bagaimana mengatasi konflik yang terjadi. PR harus menyadari bahwa komunikasi yang baik dan etis serta hubungan manusiawi marupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang. Hal ini terjadi karena adanya saling pengertian dan kepercayaan. Artinya mengakui bila ada kesalahan, kekeliruan tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk mengadakan perbaikan demi perkembangan yang akan lebih menguntungkan semua pihak.
Dalam mewujudkan harmoni perusahaan, masing-masing bagian dalam perusahaan harus mengusahakan yang terbaik. Perusahaan pasti memiliki keinginan dan target perusahaan yang ingin dicapai (das wollen) untuk mewujudkan kondisi yang ideal dalam perusahaan yang sesuai dengan visi dan misi (das sollen). Hal tersebut tentunya harus diwujudkan dalam  sistem operasional kerja perusahaan yang nyata (das sein). Sebagai seorang PR, fungsi PR juga menentukan bagaimana perusahaan itu berkembangan karena PR dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan antara perusahaan dengan karyawan dan masyarakat.
Sikap PR, perlu dianalisis dalam menyangkut perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan perusahaan, perlu adanya perencanaan yang terencana, bagaimana dapat direalisasikan, siapa dan apa saja yang harus dilakukan, kapan terjadi, dan bagaimana kelanjutannya.

Bagi PR, menyadari citra baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi tetapi juga terletak pada bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi.

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

DASAR-DASAR FILSAFAT
Filsafat adalah memikirkan sesuatu yang belum kita alami/ ketahui. Tugas dari ahli filsafat adalah untuk mengatasi spesialisasi dan memformulasikan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Memikirkan filsafat mempunyai ciri khas yaitu menimbulkan gejolak.
Filsafat berasal dari bahasa yunani filosofi yang terdiri dari philo (suka/cinta) dan sophia (kebijaksanaan) yang artinya orang yang arif/ cinta akan kebijaksanaan.
Filsafat adalah sekumpulan sikap & kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (menerima hidup apa adanya)
Filsafat adalah suatu proses kritis/ pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (kritis akan sikap-sikap yang dianutnya). Evaluasi kritik sering berbeda :
  1. Karena mereka melihat benda dari segi yang berbeda
  2. Kerena mereka ini hidup dalam dunia yang berubah
  3. Karena mereka mengani bidang pengalaman kemanusiaan dimana bukti-bukti tidak cukup sempurna artinya hasil penelitian belum bisa menjawab sesuatu yang terjadi.
Filsafat adalah suatu usaha untuk mendapatkan gambaran kesempurnaan, filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains & pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.
Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata & konsep. Jadi dalam hal ini filsafat sebagai satu bidang khusus yang mengacu kepada sains & membantu menjelaskan bahasa & bukannya suatu bidang yang luas yang memikirkan segala pengalaman dari kehidupan (memaknai berdasarkan apa yang kita temui pada subyek).
Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia & dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Filsafat mendorong penelitiannya sampai kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Soal-soal pokok yang dipertayakan mislanya : ”Apakah kehidupan itu dan mengapa aku berada di sini? M       engapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini? Apakah alam bersahabat atau bermusuhan? Apakah yang terjadi itu terjadi secara kebetulan atau karena mekanisme atau karena ada rencana atau ada maksud atau pikiran dari dalam benak? Apakah kehidupan itu dikontrol seluruhnya atau sebgaian? Mengapa menusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan hak, keadilan, perbaikan dikemudian hari? apakah arti konsep hak dan kewajiban dan apakah ciri-ciri masyarakat yang baik ?”.
 KARAKTERISTIK BERPIKIR
1. Sifat menyeluruh
Sifat ini membuat seseorang merasa tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya, ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, ingin yakin apakah ilmu itu akan membawa kebahagiaan kepada dirinya.
2. Sifat mendasar
Sifat ini membuat seseorang berpikir bahwa dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Dia akan bertanya, mengapa ilmu itu sebut benar? Apa kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah lingkaran dan pertanyaan itu melingkar. Dan menyusur sebuah lingkaran, kita harus memulai dari satu titik, yang awal dan pun sekaligus akhir.
3.Sifat spekulatif
Dalam sifat berpikir ini, yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita harus bisa membedakan spekulasi mana yang bisa diandalkan dan mana yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap sarwa kehidupan?
Metode dasar dalam penelitian filsafat adalah dialektika. Dialektika adalah perkembangan pikiran dengan jalan mempertemukan ide-ide, berpikir dialektik berati berusaha untuk mengembangkan suatu cara, argumentasi dimana implikasi bermacam-macam posisi diketahui dan diharapkan satu dengan yang lainnya.
CABANG-CABANG TRADISIONAL DARI FILSAFAT
  1. Logika. Adalah pengkajian yang sistematis tentang peraturan-peraturan untuk menggunakan sebab secara benar. Peraturan-peraturan itu membedakan argumen yang lain dari argumen yang tidak baik.
  2. Metafisika. Membicarakan watak-watak sesungguhnya dari benda-benda/ realitas yang berada dibelakang pengalaman yang langsung.
  3. Epistemologi, pada umumnya adalah cabang filsafat yang mempelajari sumber-sumber, watak & kebenaran suatu pengetahuan.
  4. Etika. Membicarakan soal-soal mobilitas, dalam etika terdapat tiga lapangan yang luas yaitu etika deskriptif, normatif & metafisika.
 FAEDAH
  1. Untuk menjajaki kemungkinan adanya pemecahan-pemecahan terhadap problema-problema filsafat. Jika pemecahan itu sudah diidentifikasikan & diselidiki maka akan menjadi mudah untuk mendapatkan pemecahan persoalan untuk diteruskan mempertimbangkan jawaban-jawaban tersebut.
  2. Filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar perbuatan kita. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman kita pada waktu sekarang.
  3. Filsafat berkemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran kita agar kita dapat menjadi hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis & lebih pandai.
ARISTOTELES
Lahir di Stageira Yunani Utara tahun 384 SM. Aristoteles yang dianggap sebagai orang yang menyusun filsafat secara sistematis. Menurutnya filsafat dikelompokkan ke dalam 8 bagian :
1. Logika5. Metafisika
2. Filsafat alam6. Etika
3. Psikologi7. Politik & Ekonomi
4. Biologi8. Retorika
Pendapatnya yang terkenal dari Aristoteles, berkaitan dengan Teori Tentang Gerak dan penyebab terjadinya sesuatu. Menurut Aristoteles, gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara panas dan dingin. Ada sesuatu yang dulunya dingin kemudian menjadi panas. Ada tiga faktor dalam setiap perubahan :
  1. Keadaan / ciri yang terdahulu yang dingin
  2. Keadaan/ ciri yang baru yang panas
  3. Adanya suatu sub stratum/ alas yang tetap yaitu air
Analisis tertutup gerak ini ada aktis dan potensi. Gerak menurut Aristoteles adalah peralihan dari potensi ke aktis, sesuatu yang potensial menjadi aktual. Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebutnya ada 4 penyebab :
  1. Penyebab efesien. Yaitu sumber kejadian/ faktor yang menjalankan kejadian.
  2. Penyebab final. Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian
  3. Penyebab materi. Yaitu bahan dimana benda dibuat.
  4. Penyebab formal. Yaitu bentuk yang menyusun bahan.
 MAZHAB FILSAFAT
Mazhab adalah haluan/ aliran. Ada juga yang mengaitkan golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu dibidang ilmu, cabang kesenian, dsb, dan berusaha untuk memajukan hal itu. Mazhab-mazhab yang muncul dalam filsafat setelah abad pertengahan :
1. Rasionalisme
Mulai muncul pada abad 17. rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio/ akal. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode adalah metode deduktif, yaitu suatu penawaran yang mengambil kesimpulan dari sutu kebenaran yang bersifat umum untuk ditetapkan kepada hal-hal yang khusus. Tokoh rasionalisme yang terkenal Rene Decartes (1596-1650). Pernyataannya yang terkenal ”Cogito ero sum!” Yang artinya aku berpikr maka aku ada.
 2. Empirisme
Muncul pada abad 17 dan merupakan kebalikan dari rasionalisme, berpendapat bahwa empiri/ pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Metode yang digunakan adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Menurut Thomas Hobbes filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum. Sebab filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang efek-efek/ akibat-akibat/ penampakan-penampakan seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebab atau akalnya. Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati dengan maksud untuk mencari sebab-sebabnya, sedangkan alat yang dipakai adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta tersebut.
Sementara itu John Locke (1632-1704) mencoba menuliskan tradisi empiris untuk menjelaskan persoalan-persoalan tentang pengenalan/ pengetahuan. Menurutnya pengetahuan didapatkan dari pengalaman dan akal adalah pasif pada saat pengetahuan didapatkan. Rasio manusia mula-mula harus dianggap sebagai kertas putih yang kosong baru terisi melalui pengalaman. Ada dua pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan batiniah. Kedua macam pengalaman ini saling berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Dengan demikian, mengenal adalah identik dengan mengenal secara sadar.
 3. Idealisme
Kata idealisme digunakan secara filosofis digunakan oleh Leibniz pada awal abad 18. idealisme berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/ psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada. Ia berusaha menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Leibniz mendasarkan filsafatnya berdasarkan atas substansi, yaitu sesuatu tampaknya sesuatu yang lain tidak akan ada. Menurutnya, ada banyak sekali substansi, begitu banyaknya sehingga tidak terhitung jumlahnya. Tiap substansi disebut monade yang bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi. Monade tidak dapat dihasilkan secara alamiah dan tidak dapat ditafsirkan, adanya semata-mata karena penciptaan dan berlangsung selama Tuhan menghendakinya.
 4. Positivisme
Berkembang pada abad 19, positivisme berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah ditetapkan, yang faktual, yang positif sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan tidak boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris dijadikan contoh dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitu positivisme hanya membatasi pada pengalaman obyektif yang tampak, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah/ pengalaman-pengalaman subyektif.
Tokoh yang terkenal dalam positivisme adalah August Comte. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia, baik manusia sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman :
1. Zaman teologis
Pada zaman ini manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa Adikodrati yang mengatur fungsi-fungsi dan gerak-gerak tersebut.
2. Zaman metafisik
Kuasa-kuasa Adikodrati diganti dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak.
3. Zaman positif
Pada zaman ini manusia tidak mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang fakta-fakta. Dengan menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan relasi-relasi persamaan/ urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman ini mulai dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Pragmatis. Muncul pada abad 19 dan dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1939-1914). Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatis juga digunakan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu.
Fenomonolgi. Dicetuskan oleh Edmund Husserl  seorang ahli filasafat dari Jerman pada abad ke-20. Berpendapat bahwa para ahli filasafat harus berusaha menjelaskan dan menganalisa fenomena yang terjadi, disamping mengatur serta mempertimbangkannya apakah fenomena itu obyektif atau subyektif. Teori ini menekankan pada observasi yang sangat teliti dan interpretasi dari persepsi yang nyata terhadap suatu hal. Pertama, kita harus mengikuti fenomena itu secara sadar, melakukan pengamatan berdasarkan persepsi kita dengan sangat hati-hati dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kedua, kita harus merefleksikannya ke dalam observasi dan mengartikannya tanpa berprasangka sebelumnya.
Eksistensi. Muncul pada abad ke-20 dicetuskan oleh Simone de Beauvoir (1908-1986) dan Jean-Paul Sartre, (1905-1980). Berpendapat bahwa adalah merupakan kekejaman untuk meletakkan hakikat manusia yang bersifat khas dan individual dibawah tirani pengetahuan yang bersifat umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini.
KOMUNIKASI
Komunikasi dapat disebut sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat  berikut :
  1. Mempunyai obyek tertentu
Ilmu merupakan suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu obyek. Obyek dalam ilmu harus dibedakan antara obyek material, yaitu apa yang dipandang dan obyek formal, yaitu sudut pandang dalam arti dari sudut mana obyek itu dipandang. Dan obyek formal adalah hal yang menentukan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya. Dua ilmu atau lebih dapat sama obyek materialnya, tetapi ilmu tersebut berbeda satu sama lain berkat obyek formalnya.
Obyek formal ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, termasuk di dalamnya perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Obyek formalnya situasi yang mengarah pada perubahan sosial, termasuk perubahan perilaku, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat, dsb.
1. Bersifat sistematis
Sistematis berati menurut suatu sistem tertentu. Sistem diartikan sebagai kumpulan hal-hal yang disatukan ke dalam suatu keseluruhan yang konsisten karena saling terkait. Dalam bentuknya yang formal, ilmu pengetahuan dinyatakan dalam suatu definisi.
 2. Berlaku umum
Komunikasi diberbagai negara, termasuk di Indonesia sudah dipelajari, diteliti, dipraktekkan dan dikembangkan, karena pada dasarnya komunikasi memang sangat diperlukan bagi kepentingan manusia dan masyarakat
 3. Mempunyai metode tertentu
Sebagaimana ilmu sosial lainnya, kosmi menggunakan metode penelitian untuk mengembangkan ilmunya, dan ada yang spesifik untuk  mengembangkan ilmu komunikasi.
            Ilmu komunikasi dalam kelompok ilmu termasuk ilmu sosial seperti ekonomi, psikologi dengan kategori ilmu terapan. Lingkungan komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi mencakup segala aspek kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya, maka bahasan komunikasi semakin luas dan semakin banyak dimensinya. Untuk itu kalau kita lihat komunikasi berdasarkan konteksnya, komunikasi terdiri dari :
1. Bidang komunikasi
Bidang yang dimaksud adalah bidang kehidupan manusia antara bidang kehidupan satu dengan lainnya terdapat perbedaan yang khas. Kekhasan inilah yang membedakan dalam proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi dibagi :
  1. Komunikasi sosial
  2. Komunikasi organisasi sosial
  3. Komunikasi bisnis
  4. Komunikasi politil
  5. Komunikasi internasional
  6. Komunikasi antar budaya
  7. Komunikasi pembangunan
  8. Komunikasi tradisional
 2. Sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklarifikasikan sebagai berikut :
                   a.      Komunikasi verbal (lisan dan tulisan)
                   b.      Komunikasi nirvebal (komunikasi kiyal/ gestural, gambar, isyarat)
                   c.      Komunikasi tatap muka
                   d.      Komunikasi bermedia
 3. Tatanan komunikasi
Tatanan komunikasi dimaksudkan adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu maka komunikasi diklarifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :
                   a.      Komunikasi pribadi (intrapribadi dan antarpribadi)
                   b.      Komunikasi kelompok (Komunikasi kelompok kecil, seperti : ceramah, simposium, diskusi panel, seminar, dsb; Komunikasi kelompok besar).
                   c.      Komunikasi massa (Komunikasi massa cetak, seperti :surat kabar, buku, majalah,dll; Komunikasi media massa elektronik)
                   d.      Komunikasi medio (surat, telepon, pamflet, dsb)
 4. Tujuan komunikasi
                   a.      Merubah sikap
                   b.      Mengubah opini
                   c.      Mengubah perilaku
                   d.      Mengubah masyarakat
 5. Fungsi komunikasi
                   a.      Menginformasikan
                   b.      Mendidik
                   c.      Menghibur
                   d.      Mempengaruhi
 6. Teknik komunikasi
Yang dimaksud teknih adalah keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik ini diklarifikasikan menjadi :
                   a.      Komunikasi informatif
                   b.      Komunikasi persuasif
                   c.      Komunikasi koersif
                   d.      Komunikasi instruktif
                   e.      Hubungan manusiawi
 7. Metode komunikasi
Diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang terorganisasi, antara lain :
                   a.      Jurnalistik (Cetak, TV, Radio)
                   b.      Humas
                   c.      Periklanan
                   d.      Propaganda
                   e.      Perang urat syaraf
                    f.      Perpustakaan, dsb.
 PENGERTIAN FILSAFAT KOMUNIKASI
            Didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (persthahen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kristis dan holistis. Teori dan proses komunikasi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, fungsinya, tehniknya dan metodenya.
 KAJIAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS DAN AKSIOLOGI KOMUNIKASI
1. Kajian Ontologis
Adalah pengkajian ilmu mengenai hakikat realitas dari obyek yang ditelaah dalam membuahkan ilmu pengetahuan (apa).
2. Kajian Epistemologis
Adalah membahas cara untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam kegiatan keilmuan disebut juga metode ilmiah (bagaimana).
3. Kajian Aksiologi
Adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan yang diperoleh (untuk apa).

ETIKA FILSAFAT DAN KOMUNIKASI
FILSAFAT ILMU

Kaitan Filsafat Ilmu, metode Penelitian Dalam Membangun Teori Komunikasi

Filsafat Ilmu



   
 Ontologi           Epistemologi        Aksiologi
                       
                      Metode Penelitian


                      Teori Komunikasi

Metode penelitian merupakan operasionalisasi dari epistemologi ke arah pelaksanaan penelitian. Metode penelitian juga merupakan pemahaman tentang cara/ teori menemukan/ menyusun pengetahuan dari ide, materi atau keduanya menujuk pada penggunaan rasio, intusi, empiris, fenomena/ metode ilmiah. Metode ilmiah mengarah pada pembangunan ilmu.

METODE ILMIAH
Penalaran Deduktif
Penalaran Induktif


Analisis kuantitatif
Analisis Kualitatif


Tujuan
Menemukan penjelasan sebab0akibat mengapa suatu fenomena terjadi/ fenomena yang akan terjadi
Tujuan
Menarik kesimpulan umum untuk deskripsi general dari suatu tenomena


Hukum deduktif
Segala yang dipandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu golongan, kategori, klasifikasi berlaku pula sebagai hal yang benar pula pada peristiwa khusus.
Kesimpulan umum
Induksi berangkat dari khusus-umum


Prisnsip Kerja
Silogisme logika suatu argumentasi yang terdiri dari premis mayor, minor dan konklusi
Hukum Induktif
Jika sejumlah fenomena atau unit fenomena yang diamati pada variasi kondisi luas menunjukkan adanya unsur, ciri,sifat, maka semua fenimena termasuk yang tidak diamati mempunyai unsur, ciri dan sifat
 

 
Penelitian Naturalistik
Sebuah proses yang ditunjukkan untuk mengungkap informasi yang tersembunyi dan untuk memperjelasnya.

ALUR METODE ILMIAH





Metode Ilmiah
(Mengarah pada pembangunan ilmu)
Metode Penelitian
(Mengarah pada proses berpikir)
Teknik Penelitian
(Cara/ alat, termasuk kemahiran membuat dan menggunakannya yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian)


6 Langkah Metode ilmiah

  1. Menetapkan/ merumuskan
  2. Menyusun kerangka pikiran/ pendekatan masalah
  3. merumuskan hipotesis

Fase persiapan
  1. menguji hipotesis
-          Membuat rancangan
-          Mengumpulkan data/ informasi
-          Analisis interpretasi


Fase Pengumpulan data/ informasi
  1. Pembahasan
  2. Penarikan kesimpulam
Fase penyusunan penulisan laporan

TEKNIK PENELITIAN





Tujuan Mencapai Validitas dan Reabilitas

Faktor Yang Dapat Menggagalkan :
  1. Subyek peneliti
  2. obyek yang diteliti
  3. alat yang digunakan
  4. situasi
Cara Mencapai Tujuan










  1. 1.      PERPSEKTIF POLITIK
Suatu sistem politik biasanya mempunyai sekumpulan nilai serta prosedur terselubung dan terang-terangan dalam ideologinya, yang dipandang sebagai sesuatu yang penting bagi kesehatan dan pertumbuhan pemerintah itu. Asumsinya bahwa komunikasi harus membnetuk perwujudan nilai ini dan bahwa teknik dan taktik komunikasi yang menghambat, menumbangkan atau mengelak dari nilai-nilai politik fundamental ini harus dikecam sebagai tidak etis.
Empat moralitas : Kebiasaan meneiliti, Kita harus menumbuhkan kebiasaan bersikap adil, Terbiasa mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi, Kebiasaan menghormati perbedaan pendapat.
  1. 2.      PERSPEKTIF SIFAT MANUSIA
Berpusat pada esensi sifat manusia. Karakteristik yang unik dari sifat manusia yang membedakan manusia dengan hewan yang membuat manusia secara esensial adalah manusia. Asumsinya bahwa sifat-sifat manusia haruslah dikembangkan sehingga meningkatkan pemenuhan kemampuan individu
  1. 3.      PERSPEKTIF DIALOGIS
Perspektif dialogis untuk mengevaluasi etika komunikasi berfokus pada sikap terhadap satu sama lain yang dipegang oleh partisipan dalam transaksi komunikasi. Asumsinya bahwa sebagian sikap (karakteristik dialogis) sepenuhnya manusiawi, manusiawi dan fasilitatif bagi pemenuhan diri, dari sikap-sikap lain (karekteristik monolog). Sikap dialogis dipegang unyuk memelihara dan mengaktualisasikan setiap kapasitas dan potensi individu, apapun kapasitas dan potensi tersebut.
Karakteristik dialogis : Keontentikan, Keikutsertaan, konfirmasi, Kehadiran, Semangat persamaan, Suasan yang mendukung.
  1. 4.      PERSPEKTIF SITUASIONAL
Perspektif situasional dengan tetap dan terutama terfokus pada unsur-unsur situasi komunikasi yang dihadapi. Penilaian etika komunikasi dari perspektif ini adalah : Peranan dan fungsi komunikator terhadap khalayak, Standar khalayak mengerti mengenai kologisan dan kelayakan, Derajat kesadaran khalayak ttg cara-cara komunikator, Tingkat urgensi untuk melaksanakan usulan komunikator, Tujuan dan nilai khalayak, Star\ndar khalayak u/ komunikasi etis.
  1. 5.      PERSPEKTIF RELIGIUS
Pernyataan yang mendasari perspektif religius tentang persuasi dan komunikasi dikembangkan oleh Charles Veenstra dan Daryl Vander Kooi. Karena manusia diciptakan dalam imaji Tuhan, meraka dikaruniai kapasitas khas manusia untuk menilai etika, meraka menghormati Tuhan lewat ibadah dan kualitas hubungannya dengan orang lain, dan mereka mempunyai kemampuan berpikir dan berkomunikasi kreatif yang tidak dipunyai makhluk lain.
  1. 6.      PERSPEKTIF UTILITARIAN
Menekankan pada kriteria kegunaan, kesenangan dan kegembiraan dalam menilai etika komunikasi. Rumusannya adalah bahwa semua orang harus bebrbuat banyak kebaikan atau orang tersebut harus menguntungkan jumlah terbanyak orang.
  1. 7.      PERSPEKTIF LEGAL
Hanya mengukur komunikasi berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku u/ menetukan keetisan suatu cara.