This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Tuesday, 4 February 2014

RAHASIA HIDUP SUKSES

RAHASIA HIDUP SUKSES 

Sukses adalah kata yang diimpikan oleh semua orang dan merupakan sebuah pilihan hidup. Manusia adalah makhluk pencipta kesuksesan. Manusia selalu lapar dan dahaga akan kesuksesan, apa pun makna sukses tersebut baginya. Prestasi-prestasi besar dalam sejarah seperti piramida para Firaun di Mesir, tembok besar di Cina, kompleks Taj Mahal di India, atau candi Borobudur di Indonesia adalah monumen akan hebatnya karya akal budi manusia yang selalu ingin mencapai keberhasilan terjauh, tertinggi, atau terbesar.
Gambar Kunci Meraih Kesuksesan
Gambar Kunci Meraih Kesuksesan

1.      Niat
Hal pertama yang wajib anda miliki adalah niat. Awalilah dengan niat yang kuat untuk melakukan usaha dengan sungguh-sungguh. Niat anda memiliki daya dorong yang luar biasa untuk memperoleh kesuksesan, niat juga menentukan diterima tidaknya suatu amal manusia, oleh karena itu anda harus meluruskan niat anda agar dibimbing oleh Allah SWT menuju kepada kesuksesan. Niat yang tulus dan benar akan melahirkan suatu motivasi dalam meraih suatu kesuksesan dan menghantarkan seseorang pada tujuan yang dicita-citakannya
2.      Ikhlas
Orang sukses melakukan segala hal dengan hati yang ikhlas dan menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat pekerjaan sebagai sebuah kesenangan. Dengan itu anda tidak akan pernah bosan dan terbebani dalam melakukan usaha/pekerjaan anda.
3.      Bekerja Keras dan Berusaha diatas rata-rata dari orang lain.
Anwar Fuadi seorang penulis novel best seller “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 warna” adalah seseorang yang mengaku memiliki kunci kesuksesan yang bernama “Man Jadda Wajada” Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil”.
4.      Berdoa
Dengan berdo'a kita dituntut untuk lebih mendekatkan diri terhadap sang Pencipta dan yang pasti dengan kita semakin dekat dengan-Nya maka akan semakin dekat pula kesuksesan itu.
5.      Sabar dan Tawakal
Dan yang terakhir adalah tawakal menyerahkan semuanya hanya kepada Allah SWT. Karena, hanya Dialah pemberi segala kesuksesan, pemberi segala yang kita inginkan.

 

Saturday, 1 February 2014

Sistem Sosial dalam Komunikasi Inovasi

Sistem Sosial dalam Komunikasi Inovasi

Oleh Habibi malik
Agen Pembaru
Agen pembaru adalah pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi atau mengerahkan keputusan inovasi orang lain selaras dengan yang diinginkan oleh Lembaga Pembaruan dimana dia bekerja. Mereka yang termasuk agen pembaru: guru, penyuluh lapangan, pekerja sosial, juru dakwah, missionaris. Dalam pengertian yang lebih luas: penjaja dagangan, kader partai di desa, juru penerang, konsultan atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan-gagasan baru, barang-barang baru atau tindakan-tindakan baru (inovasi) kepada anggota masyarakat dan berusaha agar orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan bisa disebut agen pembaru.
Fungsi utama agen pembaru adalah: menjadi mata rantai penghubung antara dua sistem sosial atau lebih. Sebagai contoh, penyuluh pertanian lapangan adalah mata rantai yang menghubungkan Dinas Pertanian dengan para petani. Agen pembaru tidak selalu orang pemerintah, bisa juga orang swasta atau tenaga sukarela.
Hal itu tercermin dalam peranan utama seorang agen perubahan (Havelock, 1973).
1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
3. Sebagai pembantu proses perubahan : membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi
4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaru:
1.       Gencarnya usaha promosi
2.       Lebih berorientasi pada klien
3.       Kerjasama dengan opinion leader/ tokoh masyarakat
4.       Kredibilitas agen pembaru di mata klien
Opinion Leader
Opinion leader adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan. Maka sepantasnya jika mempunyai karakteristik yang membedakan dirinya dengan yang lain. Beberapa karakteristik yang dimaksud adalah :
·         Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan anggota masyarakat lain;
·         Lebih tinggi status sosial ekonominya;
·         Lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru;
·         Lebih tinggi pengenalan medianya;
·         Kemampuan empatinya lebih besar;
·         Partisipasi sosialnya lebih besar;
·         Lebih kosmopolit (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas) (Nurudin, 2005:160).
Rogers (1995:239) menjelaskan karakteristik pemuka pendapat yang membedakan dari masyarakat lainnya, yaitu:
(1) Pemuka pendapat mempunyai ekspose lebih besar ke mass media dibandingkan para pengikutnya;
(2) Pemuka pendapat lebih kosmopolit daripada pengikutnya;
(3) Pemuka pendapat mempunyai hubungan lebih luas dengan agen perubahan dibandingkan pengikutnya;
(4) Pemuka pendapat memiliki partisipasi sosial lebih besar dibanding pengikutnya;
(5) Pemuka pendapat memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan pengikutnya;
(6) Pemuka pendapat lebih inovatif dibandingkan pengikutnya;
(7) Ketika suatu sistem norma sosial menyukai perubahan, para pemuka pendapat menjadi lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak menyukai perubahan, maka para pemimpin pendapat tidak terlalu inovatif.
Schramm dalam Ardianto dan Erdinaya (2004:167) pernah melakukan penelitian untuk mengetahui atau menemukan para pemuka pendapat di tengah-tengah masyarakat, melalui :
1. Revore Study.
2. Decatur Study
3. Drug Study.
4. Sociometric Method.
5. Informant’s Rating.
6. Self Designating Method.
Mardikanto (1988:72) juga menjelaskan penelusuran tentang pemuka pendapat, yaitu melalui beberapa model seperti:
(a) Model sosiometri
(b) Model jenjang-informan
(c) Model tunjuk-diri
(d) Pengamatan langsung.
Penerima Inovasi (Anggota Sistem Sosial)
Orang-orang yang berada dalam sistem sosial itu walaupun merupakan suatu kesatuan namun mereka itu berbeda dalam tanggapan dan penerimaannya terhadap ide baru. Ada anggota sistem yang cepat mengetahui adanya inovasi dan lebih awal menerimanya dan ada pula yang begitu terlambat.
Rogers (1983) mengelompokkan pengadopsi inovasi sebagai berikut:
(1) Perintis (innovator), yang mencakup sekitar 2.5 persen dari suatu populasi, (2) Pelopor (earlyadopter) sekitar 13.5 persen,
(3) Penganut dini (early majority) sekitar 34 persen,
(4) Penganut lambat (late majority) sekitar 34 persen, dan
(5) Kaum kolot (laggard) sekitar 16 persen.
Ciri-Ciri Anggota Sistem Yang Lebih Inovatif
Ciri-ciri sosial ekonomi
1.       Lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis.
2.       Mempunyai status sosial yang lebih tinggi (pendapatan, tingkat kehidupan, kesehatan, prestise pkerjaan/ jabatan, pengenalan diri terhadap kelas sosial tersebut.
3.       Memiliki tingkat mobilitas sosial ke atas lebih besar, yakni kecenderungan untuk lebih meningkat lagi status sosialnya. Barangkali mereka menggunakan pengadopsian inovasi sebagai salah satu jalan untuk mempertinggi status tersebut.
4.       Lebih berorientasi pada ekonomi komersial.
5.       Memiliki sikap lebih berkenan terhadap kredit
6.       Memiliki pekerjaan yang lebih spesifik
Ciri kepribadian
1.       Memiliki empati lebih besar.
2.       Kurang dogmatis.
3.       Mempunyai kemampuan abstraksi yang lebih besar.
4.       Mempunyai rasionalitas lebih besar.
5.       Lebih tinggi intelegensinya
6.       Memiliki sikap lebih berkenan terhadap perubahan
7.       Memiliki sikap mau mnegambil resiko
8.       Memiliki sikap lebih berkenan terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan
9.       Kurang percaya pada nasib.
10.    Motovasinya untuk meningkatkan taraf hidup lebih tinggi
11.    Aspirasinya terhadap pendidikan, pekerjaan dsb lebih tinggi.
Ciri komunikasi
1.       Partisipasi sosialnya lebih besar
2.       Lebih sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem lainnya.
3.       Lebih sering mengadakan hubungan dengan orang asing.
4.       Lebih sering mengadakan hubungan dengan agen pembaru
5.       Lebih sering bertatap dengan media massa
6.       Banyak mencari informasi mengenai inovasi
7.       Lebih tinggi tingkat kepemimpinannnya
8.       Menjadi anggota sistem yang bernorma lebih modern


Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi Inovasi

Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi Inovasi


Oleh M Badri
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut.
Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”. Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi.
Teori difusi inovasi sangat penting dihubungkan dengan penelitian efek komunikasi. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu kemampuan pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.

1. Teori Efek Komunikasi Massa
a. Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

b. Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
Teori dan penelitian-penelitian komunikasi dua tahap memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
2) Respon dan rekasi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.
3) Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau menyampaikan informasi.
4) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai peran yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/enyebaran gagasan dari media, dan mereka yang sematamata hanya mengandalkan hubungan personil dengan orang lain sebagai penentunya.
5) individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa didinya berpengaruh terhadap orang lain, dan memiliki peran sebagai sumber informasi dan panutan.

c. Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8) perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

d. Uses and Effects
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposureyang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.

e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

Model Konseptual Agenda Setting: Lihat McQuail & Windahl (1993)

f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

g. The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

h. Stimulus – Respons
Pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama teori ini menurut McQuail (1996):
a. Pesan (stimulus)
b. Seorang penerima atau receiver
c. Efek (respons)
Dalam masyarakat massa, prinsip S- R mengansumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam sekala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejulah besar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons informasi itu.

i. Information Seeking
Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai denganimage of reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan.

j. Information Gaps
Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, penting dikemukkan pokok bahasan mengenai celah pengetahuan (information gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyrakat karena setiap individu memiliki kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia untuk memperluas wawasan.

k. Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

2. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. Saluran interpersonal dan media massa, dan
b. Saluran lokalit dan saluran kosmopolit.
1. Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang aau lebih.
2. Saluran media massa adalah penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang.
3. Saluran interpersonal dapat berifat kosmopolit, yakni jika menghubungkan dengan sumber di atau dari luar sistem .
4. Sebaliknya bersifat lokalit jika hanya terbatas pada daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit.
Tabel Perbedaan Saluran Komunikasi
Saluran
No
Sifat-sifat
Interpersonal
Media massa
1.
Arus pesan
Cenderung dua arah
Cenderung searah
2.
Kemungkinan umpan balik
tinggi
rendah
3.
Konteks komunikasi
Tatap muka
perantara
4.
Mengatasi seleksi
Tinggi, lambat
Rendah, cepat
5.
Akibat
Perubahan sikap
Peruahan pengetahuan
Dalam difusi inovasi saluran komunikasi memiliki karakter kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu dalam menggunakan saluran komunikasi ini perlu mempertimbangkan berbagai hal. Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).