Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda
Di Era Globalisasi
Guru Matapelajaran :
ASEP YADI PERMANA, M.Pd
Oleh :
HABIBI MALIK
DINAS PENDIDIKAN
SMK NURUL ISLAM
Tahun Pelajaran 2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh
karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu
menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh
bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah
impian bangsa Indonesia.
Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun harus
diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan
membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa
Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi
untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya dengan
tata nilai yang popular di negara asing.
Di era globalisasi yang tidak mampu menahan derasnya
arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dengan mudah
mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya
negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan
budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila
karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita.
Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan
dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar
tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang
kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan,
meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi
generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam
menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda
kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita
tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat
dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang, bila karakter suatu bangsa
hilang maka tidak ada lagi nama bangsa Indonesia di peta dunia.
Dewasa ini karakter bangsa kita dipandang sebelah mata
oleh negara lain, bahkan banyak orang-orang Indonesia tidak mau mengakui bahwa
dirinya berasal dari Indonesia, mereka malu menjadi orang Indonesia. Hal ini
mereka akui karena banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia. Mereka takut
negara lain memandang mereka berasal dari negara teroris, atau negara para
koruptor, negara yang memiliki segalanya tetapi tidak mampu mengolah sumber
daya alamnya, negara bodoh, negara penonton, negara majemuk yang masyarakatnya
sering ricuh antar etnis, mementingkan diri sendiri dan sukunya tanpa
mempedulikan orang lain, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme, atau negara yang
tidak memiliki kualitas dalam bidang apapun.
Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat
diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal,
informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan
karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Karakter bangsa masih
dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran yang kontinyu.
Proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak
sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan
nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa. Seiring denga era
globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa indonesia tengah dilanda
krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai
rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini
perlu dibangun kembali.
1.1 Rumusan Masalah
Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun
karakter dalam diri seorang generasi muda dan bagaimana peranan seorang
generasi muda dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di
era globalisasi sekarang ini?.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat kita lakukan
dalam upaya pembentukan karakter Generasi muda dan peranannya dalam menghadapi
berbagai permasalahan dan persaingan di era globalisasi saat ini.
1.3 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini
yaitu dengan menggunakan study pustaka dan juga observasi langsung di
lingkungan sosial masyarakat.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masalah
1.2 Tujuan
Masalah
1.3 Rumusan
Masalah
1.4 Metode
Penulisan
1.5 Sistematika
Penulisan
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian
Globalisasi
2.2 Ciri-ciri
Globalisasi
2.3 Proses
Globalisasi
2.4 Karakter
Bangsa
2.4.1
Pengertian Karakter Bangsa
2.4.2
Nilai-Nilai Karakter Bangsa
2.4.3
Pentingnya karakter Bangsa
2.5 Dampak
globalisasi bagi Generasi muda
2.6 Arti
penting pendidikan Karakter Menurut Beberapa Tokoh dan UUD 1945
BAB III
Character Education for The Young Generation In Globalisation Era
3.1 Terkikisnya
Karakter Generasi Muda Akibat Globalisasi
3.1.1
Bentuk Pengkikisan Karakter Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.2
Penyebab terkikisnya karakter bangsa
3.2 Pentingnya
pendidikan karakter bagi generasi muda
3.2.1
Fungsi Pendidikan Karakter
3.2.2
Lingkup Pendidikan Karakter
3.2.3
Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter
3.3 Peranan
generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi"
diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang
melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara
adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme
dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis
akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya
karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar
terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki
hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi semakin sempit.
2.2 Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1. Perubahan dalam
Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2. Pasar dan produksi
ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi
kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan
transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi
beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
4. Meningkatnya masalah
bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi
regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini
telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa
dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa
sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus
berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan
akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin
terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial
2.3 Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu
fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad
lamanya. Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, transportasi dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan
internet membuat semakin dekat, yang membuat kita seakan-akan tidak memiliki
sekat penghalang dan waktu tempuh seakan-akan tidak ada. Kemajuan dibidang
transportasi membuat orang lebih mudah untuk bergerak dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan waktu yang relative singkat. Pergerakan ini tidak hanya
membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah melainkan kebudayaanpun
lebih cepat menyebar melalui media massa maupun elektronik, seperti televise,
radio, koran dan majalah yang semuanya itu merupakan alat yang sangat efektif
untuk penyebaran budaya diseluruh penjuru dunia.
Globalisasi akan memberikan corak kebudayaan baru dan
memberikan dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan memperkuat
kebudayaan barat dalam budaya masyarakat setempat di negara-negara
berkembang melalui suatu penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan baik itu
dalam bidang sosial, ekonomi maupun dalam bidang politik. Kebudayaan baru yang
bebas seperti perkembangan teknologi, informasi, telekomunikasi, dan satelit
akan mengubah nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh negara
berkembang dan mengubahnya dengan visi dan misi globlisasi barat. Kebudayaan
ini membuat negara berkembang lebih bergantung dan terikat dengan keputusan
yang yang dibuat oleh penguasa barat.
Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin
dunia yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan
keamanan dunia membuka perspeksi baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu
yang mengancam dunia masa kini dan masa datang.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang
berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan
yang besar yang sering disebut dengan istilah “ Megatrend 2000”. Megatrend
itu tidak datang dan pergi begitu saja, namun akan terjadi perubahan baik
dibidang sosial, ekonomi maupun politik secara bertahap. Mereka akan
mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh sampai sepuluh tahun atau
bahkan bisa lebih lama lagi.Sasaran utama untuk mencapai visi dan misi
globalisasi barat di negara berkembang yaitu generasi muda, karena pada
usia inilah emosi seorang generasi muda masih labil dan pada usia generasi muda
inilah seseorang mulai mencari jati diri mereka yang sebenarnya sehingga
usia-usia inilah yang paling rentang terhadap pengaruh globalisasi barat. Arus
globalisasi yang semakin deras yang dihadapi oleh seorang generasi muda
memerlukan alat yang kuat sebagai filter dampak yang ditimbulkan, salah satunya
yaitu karakter yang kuat. Dengan karakter inilah generasi muda bisa menyaring
kebudayaan baru yang dibawa oleh globalisasi barat.
2.4 Karakter Bangsa ( Bagi
Generasi muda )
2.4.1 Pengertian Karakter
Karakter dapat diartikan sebagai ciri khas yang
dimiliki oleh seseorang, selain itu karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa
memberikan gambaran kepada kita tentang kepribadian orang tersebut. Demikian
pula dengan karakter bangsa, Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah
keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan,
bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok
manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib,
asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.
2.4.2 Nilai-Nilai Karakter
Bangsa Indonesia
Ada tujuh budi utama yang mencerminkan karakter bangsa
Indonesia menurut Ary Ginanjar yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin,
kerjasama, adil dan peduli yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu
pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan Indonesia
Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama dan akan
menghasilkan generasi terbaik.
Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter
bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai
karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia,
berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab,
cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri,
kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.
2.4.3 Pentingnya
Karakter Bangsa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk
memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat,
nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya
sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan
keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang
tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para
pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan
dihormati bangsa-bangsa lain.
2.5 Dampak globalisasi bagi
Generasi muda
Era globalisasi sangat banyak membawa perubahan, baik
yang berdampak positif bagi kehidupan maupun yang berdampak negatif bagi
kehidupan. Dalam era globalisasi segala aspek kehidupan berangsur – angsur
menagalami perubahan. Salah satu contohnya terjadi pada kehidupan generasi
muda, kebanyakan generasi muda cenderung tidak bisa menyaring pengaruh
globalisasi. Sehingga, banyak generasi muda yang terjebak dalam pengaruh buruk
globalisasi.
Dampak dari Era Globalisasi Terhadap Generasi muda
Ø Aspek Sosial
Bersosialisasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
sebagian generasi muda. Karena, mereka bisa mendapatkan banyak teman dan mereka
juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman mereka tersebut. Dengan
bersosialisasi, mereka bisa menemukan hal – hal baru yang belum pernah mereka
ketahui sebelumnya dan dengan begitu, mereka akan mudah memahami satu sama
lain. Dengan bersosialisasi secara benar, akan banyak hal positif yang akan
didapat. Contohnya saja mereka akan banyak mempunyai banyak koneksi untuk dapat
lebih banyak mengenal dunia kerja yang akan berguna bagi kehidupan mereka
nanti. Akan tetapi, jika para generasi muda tidak bisa bersosialisasi secara
baik yang di dapatkan hanya sebuah pergaulan bebas di luar batas yang dapat
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, para generasi muda
seharusnya mempunyai sebuah pegangan hidup untuk dapat memfilter dirinya dari
berbagai macam dampak globalisasi.
Ø Aspek Norma
Norma merupakan aturan tidak tertulis sebagai pedoman
masyarakat dalam menjalani kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat
dan memiliki sanksi sosial. Pada saat era globalisasi sekarang ini norma –
norma dalam berkehidupan sudah banyak yang di abaikan keberadaannya. Norma –
norma tersebut sudah mulai terhapuskan oleh banyaknya aturan – aturan baru yang
sangat membebaskan segala sesuatu, hal tersebut berdampak besar bagi para
generasi muda zaman sekarang. Saat ini, generasi muda tidak lagi memperdulikan
adanya aturan – aturan tidak tertulis tersebut. Banyak sekali para generasi
muda yang melakukan pelanggaran atas norma yang ada pada masyarakat tersebut.
Padahal, norma berperan penting dalam menegakkan ketertiban berkehidupan dalam
masyarakat. Seharusnya, generasi muda dapat mempertahankan norma- norma
tersebut agar ada pengendali dalam kehidupanya.
Ø Aspek Budaya
Budaya pada saat ini sudah mulai banyak bercampur
dengan budaya asing akibat dari era globalisasi. Dimulai dari budaya
berpakaian, pada saat ini generasi muda berkecenderungan mengikuti budaya
asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi muda lebih suka menggunakan
pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara berpakaian yang tertutup dan
sopan. Ini dikarenakan alasan mereka, bahwa apabila tidak
menggunakan trend pakaian terkini maka mereka di anggap tidak trendy.
Terkikisnya budaya – budaya tradisional yang terdapat
di berbagai daerah. Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya
tradisional semakin mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat
ini banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang
terdapat di daerah dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali,
terlebih jika mengingat Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan
yang dimilikinya. Ketidak tahuan para generasi muda tersebut mengundang pihak
lain untuk mengklaim budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas –
jelas kebudayaan tersebut adalah budaya asli Indonesia.
Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para
generasi muda lebih cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan
mempengaruhi kondisi kesehatan mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran
lingkungan diperlukan untuk dapat mengatasi masalah ini.
Ø Aspek Pendidikan dan Tekhnologi.
Aspek pendidikan juga terkena imbas dari era
globalisasi akan tetapi lebih banyak dampak positifnya, karena pada saat ini
para generasi muda dapat dengan mudah mengerjakan tugas sekolah dengan
menggunakan bantuan internet. Tetapi apabila tidak bisa menggunakan teknologi
dengan bijaksana para generasi muda akan mendapatkan dampak negatifnya yaitu
para generasi muda akan merasa kecaduan dan mungkin bisa mengakses hal-hal yang
seharusnya tidak mereka ketahui juga akan muncul budaya baru yaitu, budaya “
copy + paste”. Budaya ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan pendidikan
para generasi muda, karena mereka hanya perlu menyalin isi dari informasi yang
mereka cari tanpa mengetahui apa isi dari informasi tersebut.
2.6 Arti Penting Pendidikan
Karakter Bagi Generasi muda ( Menurut beberapa tokoh dan UUU 1945)
1. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Penyelewengan terhadap nilai-nilai Karakter Bangsa
membuat bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini
dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah digantikan oleh
kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri bangsa disebabkan
oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Untuk
mengatasi hal yang demikian maka perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan
nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia terutama untuk para
Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja
menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter
saat ini. Presiden menyatakan, “Pembangunan karakter (character building)
amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi
pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan
mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga
merupakan masyarakat yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman
seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan
manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta
manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula”.
Untuk itu perlu
dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan
bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang
tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran
penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi
mental.
2. Menurut KI Hajar Dewantoro
Melalui
pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan
karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki
Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan
wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya
pendidikan karakter.
3. Menurut UUD 1945
Dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah
ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun tampaknya upaya
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain
belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Terkikisnya karakter
Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.1 Bentuk Pemerosotan
Karakter Generasi muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap
generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak
generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal
ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi
muda sekarang, yaitu :
a. Dilihat dari sikap, banyak
generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek
tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh
riilnya adanya geng motor generasi muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
b.
Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah
maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali
menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan
bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan
oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping
karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
c.
Di kalangan
pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan.
Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan
lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan
mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari ‘bocoran jawaban’ dari berbagai sumber yang tidak jelas.
Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena
direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik.
Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat
dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga
ditunjukkan oleh mahasiswa. Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di
kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh
mahasiswa program doktor. Semuanya ini menunjukkan kerapuhan karakter di
kalangan pelajar dan mahasiswa.
d. Dari cara berpakaian banyak generasi
muda- generasi muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke
budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan
bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang
lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak generasi muda yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan
kepribadian bangsa.
e. Teknologi internet merupakan
teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa
saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat
yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya
internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa
jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul
tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme
akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan
rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa
depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme? Yang pasti negara kita akan mudah untuk dikendalikan oleh bangsa
asing yang pada akhirnya bangsa kita akan dikuasai oleh bangsa asing.
3.1.2 Penyebab
Terkikisnya Karakter Bangsa
Pada jaman sekarang perhatian anak muda hanya terpusat
kepada pembangunan ekonomi dengan orientasi ke fisik. Dengan karakter demikian
tak mengherankan apabila di kalangan anak muda tumbuh subur sifat-sifat
materialisme, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai jenis
perilaku tidak terpuji lainnya. Selain itu karakter anak muda saat ini sudah
abai dari pembangunan kemanusiaan, hal itu dapat kita lihat dari berbagai sisi
kehidupan manusia yang selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan
raga manusia, contohnya banyak terjadi kesenjangan sosial terutama dikota-kota
besar, orang yang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin,
hal ini disebabkan kurangnya kesadaran dari kaum-kaum elit untuk membantu
orang-orang miskin yang ada disekitarnya.
3.2 Pentingnya Pendidikan
Karakter Bagi Generasi muda
3.2.1 Fungsi Pendidikan
Karakter
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan
karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pembentukan dan
pengembangan
Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan
mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berpikiran baik,
berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila
2. Perbaikan dan
Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker
manusia dan warga Negara Indoneisa yang bersifat negative dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau
warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah
nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain
yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.
3.2.2 Lingkup Pendidikan
Karakter
Pendidikan
karakter meliputi dan berlangsung pada :
·
Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung
pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi
melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan
pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada
pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
·
Pendidikan Nonformal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter
berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan,
dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan.
·
Pendidikan Informal
Pendidikan karakter pada pendidikan informal
berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain
terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan
dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Dalam pendidikan, membangun karakter bangsa mencakup upaya
untuk mencapai suatu proses internalisasi pengetahuan yang kemudian dapat
berlanjut sampai dengan terjadinya suatu perubahan. Disini diperlukan adanya
perubahan dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian
atau perubahan setelah menjalani setiap proses pembelajaran.
3.2.3
Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter bagi Remaja
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan
diukur dari tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses
pembelajaran sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada
siswa. Masih banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan
hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka
mengajar dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus
sehingga dapat dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan
pendidikan.
Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka
hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita
menginginkan adanya proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau
dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya
menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk
karakter yang kuat bagi dirinya.
3.3 Peranan Generasi muda
dalam menghadapi arus Globalisasi
Dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat,
karakter bangsa yang kuat sangat diperlukan, maka dituntut peran penting dari
generasi muda, khususnya perannya sebagai character enabler, character
builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah :
·
Sebagai Pembangun kembali karakter bangsa (Character
builder).
Di tengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini
tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen
dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral untuk
menginternalisasikannya pada aktifitas sehari-hari.
·
Sebagai Pemberdaya karakter (Character enabler)
Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan
kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya
kekuatan untuk terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.
·
Sebagai perekayasa karakter (Character engineer)
Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan
pembelajaran, adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan
perkembangan jaman. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh
bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung
dalam kondisi yang paling produktif.
Menghadapi globalisasi, karakter generasi muda harus
lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dan harus
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menteri Pendidikan Nasional,
Mohammad Nuh menegaskan, bahwa “tidak ada yang menolak tentang pentingnya
karakter, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menyusun dan
menyistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya”.
Meskipun begitu generasi muda nantinya masih
memerlukan dukungan dari pemerintah maupun komponen bangsa lainnya, namun
esensi utamanya tetap pada peran generasi muda. Hal tersebut selain karena generasi
muda masih berada dalam puncak produktifitasnya, juga karena generasi muda
adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses
transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi
informasi era globalisasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan
wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui
Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era
globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada
akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan
karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.
2. Peran penting dari
generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini
adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler),
Pemberdaya karakter (character builders) dan Perekayasa karakter (character
enginee).
4.2 Saran
1. Membangun karakter
bangsa melalui pendidikan diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, dan
penampilan berbagai kegiatan sekolah untuk itu pendidik diharapkan lebih aktif
dalam pembelajarannya.
2. Lingkungan sekolah
yang kondusif membantu membangun karakter pelajar. Untuk itu benahi lingkungan
sekolah agar menjadi lingkungan yang positif bagi perkembangan karakter
pelajar.
3. Membangun karakter
bangsa bukan hanya tugas generasi muda, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi
bagi seluruh komponen bangsa dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana,
kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan
budi pekerti generasi muda bangsa
DAFTAR PUSTAKA :
· Membangun Karakter dan
Kemandirian Bangsa. http://www.setneg.go.id
(diakses tanggal 28 Desember 2012)
· Membangun Karakter Bangsa
Melalui Pembelajaran Kontekstual. http://agupenajateng.net (diakses tanggal 28
Desember 2012)
· Grand Design Pendidikan
Karakter. http://pendikar.dikti.go.id
(diakses tanggal 28 Desember 2012)
· Membangun Karakter
Generasi Muda. http://www.beritaindonesia.co.id (diakses tanggal
28 Desember 2012)
· Kondisi Moral Bangsa
Sangat Mengkhawatirkan. http://www.jpnn.com
(diakses tanggal 28 Desember 2012)
· Peranan
Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter Bangsa. www.kemdiknas.go.id
(diakses tanggal 28 Desember 2012)
· http://kang-adek.blogspot.com/2009/01/dampak-globalisasi-terhadap.html
(diakses tanggal 30 Desember 2012)