This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Wednesday, 29 April 2015

Cara Efektif Wawancara dengan Baik dan Benar

Cara Efektif Wawancara dengan Baik dan Benar




Sebelum kita membahas lebih dalam cara wawancara yang baik dan benar perlu kita ketahui dahulu pengertian dari wawancara itu sendiri. Wawancara dalam bahasa Inggris yaitu  interview yang artinya percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Wawancara memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai yaitu narasumber.
Kegiatan wawancara sebenarnya menjadi efektif dan efisien apabila kita mengetahui teknik dan rencana wawancara yang benar. Teknik wawancara memiliki banyak macamnya. Jika kita melakukan wawancara terhadap seseorang, kita dapat memakai teknik individual atau perorangan. Kegiatan wawancara ini bisa berbeda bergantung kepada orang, tempat, waktu, dan hal yang mau dibicarakannya.
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak terkesan kaku sehingga narasumber mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
  1. Netral, pewawancara tidak diperkenankan berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh yang diwawancari karena tugas pewawancara adalah merekam seluruh keterangan dari yang diwawancarai, baik yang menyenangkan ataupun tidak.

  2. Ramah, disini pewawancara harus dapat membuat suasana menjadi menarik minat narasumbernya.

  3. Adil, pewawancara diharus bisa memperlakukan semua narasumbernya dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua narasumbernya bagaimanapun keberadaannya.

  4. Hindari ketegangan, jangan sampai narasumber merasa dirinya sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana menjadi terasa tegang, narasumber mempunyai hak untuk membatalkan pertemuan dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Setelah kita mengetahui sikap-sikap apa saja yang harus dimiliki seorang pewawancara, maka kita akan berlanjut membahas cara agar wawancara berlangsung dengan baik dan efektif. Ada beberapa hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara tersebut diantaranya :
  1. Kita harus menghubungi terlebih dahulu orang yang akan kita wawancarai, baik secara langsung mendatangi orang tersebut maupun tidak langsung seperti melalui telepon dan pastikan kesediaannya untuk diwawancarai seperti kapan, di mana, pukul berapa, narasumber tersebut bersedia untuk diwawancarai.

  2. Persiapkan alat-alat yang nanti akan dibutuhkan saat mewawancara seperti buku, alat tulis, ataupun rekaman pada saat mewawancarai.

  3. Kita harus menguasai masalah yang akan ditanyakan. Persiapkan daftar pertanyaan secara baik dengan memperhatikan 6 unsur berita, yaitu 5W + 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana) hubungkan sesuai dengan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam wawancara. Pada saat kegiatan wawancara berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan yang telah disusun.

  4. Perhatikan cara berpakaian, gaya bicara, dan sikap agar menimbulkan kesan yang simpatik. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu sesuai perjanjian.
Pada saat melakukan wawancara ada pegangan umum yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan wawancara. Pegangan umum tersebut hendaknya dilakukan oleh pewawancara agar wawancara tersebut berlangsung dengan baik dan benar. Ini lah pegangan umum tersebut :
  1. Kita harus menjelaskan dahulu identitas kita sebelum wawancara itu dimulai dan kemukakan juga tujuan dari wawancara kita.

  2. Kita dapat memulai wawancara kita dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum. Ini bermaksud memberikan pendekatan agar tidak langsung pada persoalan, misalnya saja kita dapat menanyakan dulu soal kesenangan atau hobi nara sumber. Jika dia sudah asyik berbicara, baru hubungkan dengan persoalan yang menjadi topik wawancara kita.

  3. Sebutkan nama narasumber kita secara lengkap

  4. Kita harus bertanya secara sopan dan hormat, jangan menanyakan hal-hal di luar permasalahan.

  5. Hindarilah pertanyaan yang berbelit-belit dan membingungkan.

  6. Dengarkanlah pendapat dan informasi secara saksama, usahakan tidak memotong agar keterangan tidak terputus. Tidak diperkenankan untuk meminta pengulangan jawaban dari narasumber.

  7. Kita diharuskan tetap menjaga suasana agar tetap informatif. Hormati petunjuk narasumber seperti “off the record”, “no comment”, dan lain-lain.

  8. Hindarilah pertanyaan yang menyinggung dan menyudutkan narasumber.

  9. Kita harus pandai mengambil kesimpulan, karena tidak semua jawaban dari narasumber kita dicatat.

  10. Berikan kesan yang baik setelah melakukan wawancara. Jangan lupa mohon diri, ucapkan terima kasih, dan mohon maaf.
Setelah semua proses wawancara selasai dilakukan kita akan lanjut mengemas hasil wawancara itu menjadi sebuah laporan hasil wawancara. Hasil wawancara ditulis dengan sebenar-benarnya, tidak diperkenankan untuk melakukan penambahan dan pengurangan secara berlebihan. Selalu memperhatikan kaidah-kaidah bahasa baku yang berlaku.  Memilih keterangan atau informasi yang penting dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Dalam penulisan hendaknya memelihara informasi yang penting dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Penyajian hasil laporan wawancara bergantung pada pewawancara bisa berupa narasi, dialog, esai, deskripsi,  dan sebagainya.
Sukses atau tidaknya wawancara yang kita lakukan selain ditentukan oleh sikap pewawancara juga ditentukan oleh perilaku dan penampilannya. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab atau komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup juga ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara sumber maupun pewawancara.

Tuesday, 28 April 2015

INTERAKSI SOSIAL DENGAN LINGKUNGAN

A. INTERAKSI SOSIAL DENGAN LINGKUNGAN
Menurut H Bonner dalam Social Psichologhy
Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya ( Gerungan, 1996 : 51)
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial baik secara tunggal maupun bergabung seperti dikemukakan Bonner, Yaitu :
1.        Faktor Imitasi
Faktor imitasi sebagai suatu proses di mana seseorqang mengikuti sesuatu diluar dirinya. Cara-cara yang dapat dipelajari melalui proses imitasi, misalnya cara memberi hormat, cara menyatakan terima kasih, cara menyatakan kegembiran, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi lain yang sangat mempengaruhi imitasi.
2.        Faktor Sugesti
Sugesti di rumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Sugesti dan imitasi dalam gubungan dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya bahwa initasi seseorang mengikuti sesuatu dari luar dirinya, sedangkan sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya lau diterima orang lain dari luar.
Syarat-syarat terjadinya sugesti :
a.       Sugesti karena hambatan berpikir
b.      Sugesti karena pikiran terpecah-terpecah (disonansi)
c.       Sugesti karena otoritas atau prestise
d.      Sugesti karena mayoritas
e.       Sugesti karena will to believe
3.        Faktor Identifikasi
Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi sama atau sebentuk dengan orang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar atu berlangsung dengan sendirinya, irrasional.
Identifikasi berguna untuk melengkapi norma, cita-cita dan pedoman tingkah laku yang mengidentifikasi.
4.        Faktor Simpati
Simpati dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Timbul atas dasar logis, rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. Timbulnya simpati merupakan proses yang disaari manusia.
Dorongan utama simpati adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain.
Simpati menghubungkan orang tang satu dengan yang lain, sebaliknya antipati cenderung untuk menghambat atau meniadakan pergaulan antar orang.
B. FAKTOR LINGKUNGAN BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK
Faktor lingkungan dapat dibedakan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan setiap individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya melaui proses alloplastis maupun autoplastis, sedangkan bagi individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan akan menarik diri keluar dari lingkungannya.
Pembentukan opini publik dipengaruhi oleh lingkungan sosial primer, seperti keluarga, teman spermainan, pendidikan, agama, organisasi dan kecenderungan-kecenderungan yang lain yang relevan dan dimiliki oleh objek yang dipilih. Pembentukan opini publik tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Masa lalu merupakan faktor yang mempengaruhi opini seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial primer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fakta pengalaman dan penilaian merupakan bagian dari perumusan opini yang mungkin terjadi dalam sejumlah kombinasi yang mungkin tidak berakhir dengan berbagai intensitas dan berbagai hasil.

Tuesday, 17 February 2015

RELATIONSHIP MARKETING

RELATIONSHIP MARKETING:  Membangun Keunggulan Bersaing Melalui Positioning – Branding –Diferensiasi 
Posting : Habibi Malik, S.Ikom
Relationship marketing merupakan paradigma yang berkembang pesat pada saat ini, karena para pelaku bisnis menyadari bahwa untuk mengembangkan dan mempertahankan suatu bisnis, tidak hanya dengan mendapat customer yang banyak tetapi juga bagaimana caranya memeliharanya dan mempertahankan customer tersebut sehingga loyal terhadap perusahaan.  Perusahaan yang mempunyai konsumen loyal akan memberikan manfaat besar dalam bentuk repeat buying dan memberikan rekomendasi kepada konsumen lain. Tiga konsep manajemen pemasaran penting yang dapat mendukung implementasi relationship marketing yaitu melalui  Positioning-Branding-Diferensiasi.

Positioning
Tingginya tingkat persaingan dan begitu banyaknya  informasi mengenai produk dan jasa dapat menyebabkan melemahnya positioning suatu organisasi dibenak konsumen. Konsep mengenai positioning pertama kali diperkenalkan oleh  Ries dan Trout (2001), “Positioning starts with a product. A piece of merchandise, a service, a company, an institution or even person, but positioning is not what you do to product. Positioning is what you do to the mind of aspects”. Menurut Kotler dan Keller (2009) posisi produk merupakan seperangkat rumit atas persepsi, kesan dan perasaan konsumen terhadap produk dan jasa tertentu  dibandingkan dengan produk pesaing. Untuk itu perlu dilakukan langkah strategis untuk dapat menciptakan positioning yang kuat dibenak konsumen. Positioning berkontribusi terhadap penciptaan keunggulan bersaing yang strategik bagi suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Bradley(2010), positioning is close related to the deductive process, because it is the result in the mind of customer, or key stakeholder. Positioning contributes to the competitive advantage. Jadi jika suatu  organisasi tidak dianggap penting dimata konsumen, kelangsungan hidupnya dapat terancam.
Konsep positioning ini menjawab pertanyaan penting yaitu how can business position is offered so that customers in the target market perceive it as providing the desired benefits, thereby giving it an advantage over current and potential competitors. Artinya untuk mengetahui bagaimana positioning di pasar diperlukan pemahaman mengenai “ who is customer” buying criteria “ dan “ how competitor performance”. Untuk itu perlu dilakukan analisis mengenai kekuatan dan keunggulan pesaing, sehingga dapat diketahui bagaimana posisi  setiap pesaing dimata yang dipersepsikan dibenak konsumennya.

Organisasi dituntut untuk dapat menciptakan  positioning yang efektif, jika tidak maka dapat membingungkan konsumen. Jika dirasakan perlu organisasi melakukan repositioning seperti yang dikemukakan oleh Bradley, 2010, Mc Carthy, Perrelaut J.R, William D, 2013 Some companies reposition to take market share from competitors represent a deliberate attempt to attack other company’s product or service, while others do it to avoid direct competition by moving into alternative market segments which are attractive. Repositioning usually occur because of declining and stagnant sales or because of anticipating opportunities in other market position. Organisasi perlu melakukan reposisi terhadap produk/jasanya untuk memenuhi ‘emerging needs/wants,ini memerlukan re-targeting kepada konsumen baru. Tetapi re-positioning ini bukan merupakan sesuatu yang mudah dan bisa membahayakan organisasi seperti yang dinyatakan Bradley (2010) there are dangers in repositioning, especially when the company moves too far from the original position. A repositioning strategy should not confuse the consumer. Repositioning is often difficult to accomplish because of entrenched perceptions about attitudes toward products and services.

Al Ries dan jack Trout (2001) menyatakan bahwa keberhasilan organisasi adalah “menciptakan sesuatu dibenak konsumen dan fokus produk/jasa ”. Untuk itu organisasi harus secara efektif memposisikan produk/jasanya dalam persepsi konsumennya. Keberhasilan positioning sangat tergantung pada  bagaimana organisasi secara efektif mengkomunikasikan serta menyampaikan posisi yang dipilih kepada target sasarannya. Rambat (2009) menyatakan bahwa positioning merupakan strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk/jasa/merek/nama organisasi  mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk/jasa/merek/nama organsasi lain dalam bentuk hubungan assosiatif.
Sehubungan dengan strategi komunikasi, maka positioning harus didukung oleh pernyataan positioning yang mencerminkan citra dalam bentuk hubungan assosiatif yang mencerminkan karakter produk dan jasa. Untuk mengembangkan pernyataan positioning ada beberapa cara yaitu memposisikan produk berdasarkan atribut, perbedaan produk/jasa, manfaat, pemakaian, kategori produk, pesaing dan imajinasi.
Untuk memperkuat positioning, organisasi perlu melakukan cara-cara untuk menonjolkan diri  melalui diferensiasi tawarannya dengan membangun sejumlah keunggulan bersaing yang menarik perhatian konsumen. Kotler dan Keller (2009) menyatakan diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan tawaran organisasi dengan tawaran pesaing. Organisasi dapat mendiferensiasikan tawarannya dengan membangun brand yang kuat yang terefleksi melalui produk, pelayanan dan personalia.

Brand
            Brand merupakan kekayaan perusahaan yang sangat bernilai. Hal penting perlu dipahami bahwa brand mempunyai arti mendalam yang tidak hanya   sekedar “a logo, slogan, catchy saying, mission statement atau publicity campaign”. Tetapi brand adalah  kepercayaan dan kredibilitas perusahaan. kedua hal itu sangat penting dipahami oleh para pelaku bisnis karena secara nature manusia mau terikat secara emotional dengan seseorang seperti sahabat, kekasih karena ada kesamaan value dan perilaku sehingga dapat menciptakan  strong relationship untuk memperkuat brand preference dalam benak konsumen dan menciptakan lasting loyalty.
Menciptakan  brand yang sukses perlu proses yang sama dimana perusahaan harus menciptakan emotional brand dengan konsumen. Ingat bahwa brand 70% emosional dan 30% logical. Karen Post (pada AAker, 2010) mengemukakan “A brand as a Brain Tattoo is a psychological impression of value-based emotions, lodged on the mind of a buyer or prospect”.  Untuk memenangkan  mind share konsumen perusahaan  harus dapat menciptakan sesuatu yang bersifat personal, intimate value oleh karena itu pelaku bisnis harus mengembangkan brand strategi secara hati-hati.
Untuk dapat membangun brand yang tangguh atas dasar konsepsi emotional brand maka aspek relationship menjadi hal penting. Bahwa keberhasilan bisnis harus didukung oleh aktivitas yang tidak hanya sekedar transaksi jual dan beli tetapi lebih dari itu, bahwa membina good relationship untuk dapat menciptakan  loyalitas merek adalah “where the gold is”. Dimana tingkatan loyalitas konsumen tidak hanya berada pada posisi satisfied buyer yaitu pembeli yang puas tetapi sampai pada committed buyer. Aaker (2010) menyatakan committed buyer adalah pelanggan yang setia, mempunyai kebanggaan  dalam menemukan dan menjadi pelanggan dari suatu merek. Pada saat ini committed buyer untuk beberapa produk/jasa membentuk komunitas yang menjadi wadah bagi mereka untuk bersosialisasi  dan berdiskusi untuk saling mendapatkan informasi. Untuk itu perusahaan harus mengarahkan dan mengembangkan strategi branding  dengan cara: memahami siapa yang menjadi konsumen (knowing your customer), menawarkan produk/jasa yang unik (unique Product), memberikan pengalaman (deliver great experience) kepada konsumen dan mengkomunikasikan brand (Communicate brand).

Diferensiasi
Diferensiasi berkontribusi dalam mengembangkan keunggulan bersaing, sehinggal organisasi perlu mengembangkan strategi diferensiasi yang efektif. Aaker (2010) menyatakan bahwa keberhasilan diferensiasi harus mengandung tiga karakteristik yaitu: generate product value, provide perceive value dan be difficult to copy. Jadi strategi diferensiasi yang berhasil jika dapat memberikan value (nilai) kepada konsumen. Perbedaan diperlukan antara nilai yang diharapkan dan yang dirasakan. Nilai menjadi important point of differentiation dilihat dari perspektif konsumen yang dapat memperkuat branding  menjadi lebih berarti, dipercaya dan selalu diingat oleh konsumen. Kemudian diferensiasi harus mengandung arti sulit untuk ditiru sehingga dapat digunakan secara sustainable. Untuk itu organsisasi harus melakukan investasi yang optimal dibidang penelitian dan pengembangan. Selanjutnya Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa dalam mengembangkan diferensiasi perlu hati-hati karena tidak semua perbedaan meaningful. Untuk itu diferensiasi yang efektif dikembangkan jika memenuhi kriteria: penting, mempuyai keunikan/kas, unggul sulit ditiru, dapat dikomunikasikan, profitable dan harga terjangkau. 

Pembahasan
Positioning dan diferensiasi yang kuat akan memperkokoh brand organisasi. Brand merupakan kekayaan institusi/perusahaan yang sangat bernilai. Hal penting perlu dipahami bahwa brand mempunyai arti mendalam yang tidak hanya  sekedar “a logo, slogan, catchy saying, mission statement atau publicity campaign”. tetapi brand adalah  kepercayaan dan kredibilitas institusi/perusahaan. Lebih dari itu merek adalah janji institusi/perusahaan untuk secara konsisten memberikan features, benefits dan service kepada para stakeholders. Dan janji inilah yang membuat mereka  mengenal merek satu institusi lebih dari merek yang lain. Kenyataannya, sekarang ini karakteristik unik dari pemasaran modern bertumpu pada penciptaan merek-merek yang bersifat membedakan (different) sehingga memperkuat brand image perusahaan/institusi. Untuk mengkomunikasikan brand image kepada stakeholders dapat dilakukan melalui kegiatan pemasaran seperti promosi (iklan, publisitas), harga, distribusi suatu produk/jasa yang ditawarkan. Stakeholders memperoleh informasi mengenai merek satu institusi berasal dari: sumber pribadi, komersial, umum dan pengalaman lampau.

Berdasarkan pengamatan, pada saat ini sedang terjadi perang merek antar perusahaan melalui penerapan marketing mix yang sangat gencar dengan tujuan untuk membangun ekuitas merek yang kuat. Ekuitas merek sangat mempengaruhi profitabilitas yang tinggi dan revenue potensial dimasa yang akan datang. Ekuitas merek merupakan asset yang paling penting sebagai dasar keunggulan bersaing yang berkesinambungan di era global.

Secara umum, ekuitas merek dapat menambah atau bahkan mengurangi  nilai bagi para pengguna jasa dan bagi institusi. Oleh karenanya agar bisa memberikan nilai, ekuitas merek harus dikelola dengan memperhatikan dimensi-dimensi penting antara lain brand loyalty, name awareness, perceived quality, asosiasi merek serta aset-aset merek yang lain.  Untuk dapat membangun brand yang tangguh atas dasar konsepsi ekuitas merek maka perlu mengelola ekuitas merek dan peranannya dalam memberikan nilai bagi institusi. Diharapkan dengan memiliki ekuitas merek yang kuat, akan dicapai firm equity yang keberhasilannya dapat dilihat dari: pangsa pasar, penjualan, kepuasan stakeholders dan profitabilitas institusi.

References
Aaker. A David dan Erich J, 2010, The Lure Of Branding, Harvard Business Review.
Al Ries, Jack Trout, 2001, Positioning: The Battle for your mind, Salemba 4, Jakarta
Kotler, Philip, dan KL. Keller, 2009, Marketing Management, Person International, Prentice Hall- New Jersey, 14 Edition.
Bradley. Frank, (2010), Marketing Management: Providing, Communicating, and Delivering Value, London Prentice Hill. Third Ed.
Mc Carthy. R. Jerome, Perrelaut JR, William D, (2013), Basic Marketing: A Global Mangarial Approach, Boston, Irwin, Mc Graw – Hill.

Saturday, 7 June 2014

Teknik Penulisan Artikel

Teknik Penulisan Artikel

Oleh: Habibi Malik

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf 
selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

A. PENGERTIAN ARTIKEL
·         Karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan PENDAPAT seorang penulis atas suatu FAKTA/DATA/ PENDAPAT orang lain berdasarkan rangkaian LOGIKA tersendiri.
·         Tulisan lepas berisi opini seseorang yang MENGUPAS tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya AKTUAL dan atau KONTROVERSIAL dengan tujuan untuk memberitahu (INFORMATIF), memengaruhi dan meyakinkan (PERSUASIF ARGUMENTATIF), atau menghibur khalayak pembaca (REKREATIF).
B. KARAKTERISTIK ARTIKEL
·         Ditulis dengan atas nama (by line story)
·         Mengandung gagasan aktual dan atau kontroversial
·         Gagasan yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian besar khalayak pembaca.
·         Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
·         Disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif
·         Singkat dan tuntas
·         Orisinal
C. STRUKTUR ARTIKEL
·         Judul
·         Alinea Pembuka (Lead)
·         Alinea Penjelas (Batang Tubuh)
·         Alinea Penutup (Ending)
D. CARA MENULIS ARTIKEL
1.       Pilih tema
2.       Tentukan judul (bisa juga ditentukan belakangan)
3.       Susun alinea pertama
4.       Uraikan tema dalam beberapa alinea penjelas (tergantung panjang-pendek tulisan)
5.       Perhatikan format/gaya penulisan (ilmiah atau populer?)
6.       Eksploitasi data/ referensi penting
7.       Simpulkan pendapat dalam alinea penutup (jadilah draf awal artikel)
8.       Edit ulang draf awal (judul bisa ditentukan saat ini)
9.       Draf final artikel (langsung dikirimkan ke media massa, atau dimintakan pendapat orang lain sebagai proof reader)
1. Memilih Tema
·         Eksplorasi gagasan seluas mungkin (banyak membaca, mendengar, berdiskusi)
·         Pilih tema yang relevan dengan minat/ bidang kompetensi
·         Pilih tema yang aktual (sedang hangat dan jadi perbincangan publik)
·         Tentukan sikap atas tema/masalah yang akan dibahas (pro atau kontra?)
2. Memilih Judul
·         Judul mewakili tema yang akan dibahas atau pendapat yang akan diajukan
·         Singkat (3 – 5 kata) dan padat (sarat makna)
·         Menarik dan menggugah orang untuk membaca tulisan secara keseluruhan
·         Gunakan istilah/idiom populer
3. Susun Alinea Pertama
·         Satu alinea biasa mengandung satu pokok pikiran
·         Uraikan inti masalah dengan singkat (3-5 kalimat)
·         Alinea pertama mengandung pokok pikiran UTAMA atau tesis yang akan dipertahankan
·         Sifatnya, apakah menanggapi opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri
·         Pilihan bentuk alinea bervariasi
4. Susun Alinea Penjelas
·         Uraikan pokok pikiran utama (main idea) menjadi beberapa pokok pikiran penunjang/ turunan
·         Setiap pokok pikiran itu disusun dalam alinea tersendiri
·         Hubungkan satu alinea dengan alinea selanjutnya dengan jembatan pikiran (bridging) yang kuat
·         Hubungan antar alinea bisa bersifat:
- kronologis (waktu)
- spasiologis (ruang)
- kausalitas (sebab-akibat)
5. Mengolah Gaya Penulisan
·         Ada tiga gaya utama:
1. Deskripsi, memerikan fakta apa adanya secara detail
2. Narasi, menguraikan fakta secara kronologis/ spasiologis
3. Argumentasi, menjelaskan fakta dan sebab-akibat yang melatarinya
·         Kembangkan gaya yang cocok dengan karakter penulis atau tema yang dibahas
·         Setiap gaya memiliki efek yang berbeda kepada pembaca
6. Eksploitasi Data atau Rujukan
·         Data penting untuk memperkuat tesis yang diajukan
·         Referensi penting untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama/ berbeda sudah dipertimbangkan
·         Kutipan data/referensi dalam format sederhana, karena panjang artikel terbatas
7. Simpulkan Pendapat dalam Alinea Penutup
·         Simpulkan uraian yang terdapat dalam Alinea Penjelas dalam alinea penutup
·         Konfirmasi Alinea Penutup/Simpulan dengan Alinea Pertama/Pendapat Awal yang telah diajukan
·         Gunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak
·         Buka kesempatan orang lain untuk berbeda pendapat, bukan merasa benar sendiri
8. Mengedit Tulisan
·         Selesaikan Draf Awal tulisan, apapun bentuknya, jangan ditunda-tunda
·         Endapkan tulisan awal selama beberapa waktu, lalu cari inspirasi/kesibukan, namun tetap perhatikan deadline/batas tenggat
·         Tinjau ulang Draf Awal dan periksa dari segi substansi, struktur argumentai atau gaya penulisannya
·         Lakukan koreksi mulai dari yang mudah: standar bahasa, validitas data/referensi hingga yang sulit keandalan argumentasi
9. Menyebarkan/ Memasarkan Tulisan
·         Kirimkan draf tulisan kepada sejumlah kawan yang memahami standar penulisan yang baik (minta koreksi dan penilaian)
·         Perbaikan draf tulisan berdasarkan masukan dari semua pihak dan juga pembacaan ulang sendiri (jadilah Draf Final)
·         Kirimkan artikel ke media massa yang sesuai dan minta alasan/komentar, jika artikel tak dimuat
·         Jaga hubungan baik dengan Editor Opini di sejumlah media, sehingga tahu kebutuhan artikel macam apa yang bisa diakomodasi media
·         Simpan artikel yang SUDAH dimuat atau yang BELUM dimuat di media, jadikan khazanah pemikiran pribadi