This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

This Website Is Your New Friend

Let's Reading and Studying Together -Habibi Malik, S.Ikom

Monday, 6 February 2017

RENDAHNYA MINAT BACA CIANJUR KOTA

RENDAHNYA MINAT BACA CIANJUR KOTA
Oleh : Habibi Malik


CIANJUR (02/02), Minat baca Cianjur Kota masih rendah, kondisi ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengunjung Taman Bacaan Masjid Agung Cianjur. Menurut Elis (41) salah satu pengelola taman bacaan tersebut bahwa rata-rata pengunjung Taman Bacaan Masjid Agung Cianjur sebanyak 70 pengunjung per hari. Pengunjung yang didominasi oleh pelajar ini seharusnya dapat lebih dioptimalkan. Melihat hampir sebagian kalangan pelajar dari tingkat SD sampai dengan SMA/SMK Sederajat berada di lingkungan Cianjur Kota.
 “Saya berharap pengunjungnya semakin banyak terutama pelajar” ujar Elis. Dia juga berharap koleksi buku di Taman Bacaan Masjid Agung Cianjur dapat ditambah karena sampai saat ini baru tercatat sebanyak 2.000 (dua ribu) judul buku yang terdiri dari berbagai jenis buku seperti Pengetahuan Umum, Fiksi, Nonfiksi hingga resep memasak yang merupakan sumbangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dan swasta. Dalam rangka meningkatkan minat baca Cianjur Kota diperlukan berbagai solusi. Menurut Elis (41) bahwa membaca harus dijadikan sebagai hobi, harus banyak diskusi, dan harus adanya komunitas baca dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan minat baca di Cianjur Kota.
Hal senada di ungkapkan oleh Dede Royani (27) seorang pengunjung Taman Bacaan Masjid Agung Cianjur, menyebutkan sejak diresmikannya Taman Bacaan Masjid Agung Cianjur pada tanggal 04 Desember 2013 oleh Bupati Cianjur Drs. H Tjetjep Muchtar Soleh, MM hingga sekarang, minat baca Cianjur khususnya Cianjur Kota masih rendah, padahal membaca merupakan sebuah kebutuhan. Menurut Dede Royani (27) keberadaan taman bacaan ini bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat Cianjur dari berbagai kalangan dan semua usia dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga fungsi taman bacaan harus dioptimalkan keberadaan nya karena dianggap sangat penting dalam rangka meningkatkan minat baca di Cianjur. Salah satunya dengan menambah koleksi buku dan kampanye sosial tentang pentingnya membaca bagi masa depan.
Dari segi fasilitas Taman Bacaan Masjid Agung terlihat bersih dan nyaman. Menurut dia taman bacaan ini cukup nyaman, namun harus ditata kembali lebih rapih, banyak pengunjung kadang menggunakan taman bacaan ini untuk pacaran dan sekedar mengobrol. “Hal ini berakibat menggangu pengunjung lain yang memang bertujuan untuk membaca dan memanfaatkan fasilitas taman bacaan tersebut sehingga keberadaan taman kurang maksimal, ujar Dedi.
Beberapa Solusi yang Dedi Royani tawarkan untuk meningkatkan minat baca Cianjur Kota yaitu harus adanya pihak-pihak terkait seperti pengelola Taman Bacaan, Dinas Pendidikan, Perpustakaan Daerah Cianjur dan lain sebagainya serta harus adanya kesadaran tentang pentingnya membaca. Selain itu taman bacaan di wilayah Cianjur harus ditambah agar merangsang masyarakat Cianjur untuk membaca, dengan harapan di masa depan masyarakat Cianjur menjadi gemar membaca dan menjadi masyarakat cerdas dan sejahtera. (HM33)

Friday, 27 January 2017

PERAN UMAT ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

PERAN UMAT ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

Oleh : Habibi Malik



              Sumber Photo: www.google.co.id/images/

Seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, yang biasa disebut era globalisasi, era yang menghadirkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan, era yang mengubah tatanan kehidupan manusia dari tradisional menuju modern, era dimana segala sesuatu dapat dilakukan dan diproleh secara instan, pada intinya era globalisasi adalah era yang semakin memanjakan manusia dalam mengerjakan segala aktivitas kehidupannya. Kehadirannya ini, memiliki dampak negatif misalnya masuknya budaya barat dan dampak positif seperti komunikasi lancar tidak mengenal ruang dan waktu karena dukungan internet. 
Sudah saatnya pemuda islam bangun dari nina bobok dampak globalisasi, sudah saatnya pula bangkit dan mencari serta merebut setiap peluang yang ada untuk mengembalikan kejayaan islam di era globalisasi.
Bergerak disini bukan berarti menolak globalisasi tetapi pemuda islam mampu menempatkan bagaimana dirinya dan mampu mengambil peran penting dalam era ini.Beberapa hal yang dapat dilakukan umat islam dalam menghadapi tantangan zaman diantaranya:
  •  Jangan menutup diri terhadap perkembangan jaman, seperti pepatah orang jepang “ambil yang baik, buang yang buruk dan ciptakan yang baru”, dan tentunya yang diambil itu yang sesuai syarat islam dan tidak melanggar Al-qur’an dan Asunah (Hadist).
  • Rubah mindset orang awam yang beranggapan islam itu konotasi  kuno, ketinggalan jaman, menjadi lebih berfikir positif terhadap islam.
  • Membuka diri terhadap perkembangan teknologi.
  • Ikut serta berpartisi dalam pemerintahan, bidang politik, dan ekonomi.
Era globalisasi bukan era yang mudah bagi umat Islam khususnya pemuda islam, mereka harus memiliki pondasi yang kuat dan kokoh agar tujuan mulia itu tercapai bukan malah terbawa arus negatif, oleh karena itu di butuhkan Empat Pondasi yang kuat dalam menghadapi setiap tantangan yang ada, diantaranya :
  • Tauhid yang kuat
  •  Pemahaman agama yang hebat
  • Ilmu pengetahuan yang lebih
  • Niat tulus dan komitmen
Sudah tidak saatnya umat Islam berselisih tentang perbedaan karena sudah saatnya umat Islam  bangkit dan bersatu serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan karena keimanan dan ketakwaanlah  rahasia kejayaan islam. Kini tinggal kita sebagai salah satu pemuda islam ingin menempatkan posisi dimana menjadi aktor utama, pemeran atau penonton. Pertanyaan tersebut hanya kita yang bisa menjawab dan bukan hanya sekedar dimulut tapi juga ada realisasinya. 
Mereka pada jaman teknologi masih sederhana dapat mengambil peluang dan berperan sebagai agent of change, mengapa kita tidak dan mumpung masih muda semangat masih membara. Inovasi dan kreatif terus ada dan didukung dengan teknologi yang luar biasa. Marilah bersama rapatkan barisan untuk menjadi Al-Fath atau Al-ayyubi era modern yang cerdas mengambil setiap peluang dan menciptakan perubahan.
Allohu Akbar...Allohu Akbar...Allohu Akbar

AUTO BIOGRAFI

AUTO BIOGRAFI

‘’Sekali Tampil harus berhasil, Sekali melangkah pantang menyerah’’

Nama ku adalah Habibi Malik, nama yang indah yang diberikan orang tuaku yang artinya kekasih yang Maha Merajai (Allah), Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana tanggal 15 Agustus 1994 di Kalimantan Timur, namun dalam Akta Kelahiranku tertulis kelahiran Cianjur. Aku anak terakhir dari enam bersaudara namun berbeda ibu, meskipun banyak saudara tapi aku merasa hanya hidup dengan seorang ayah saja karena mereka tidak pernah ada kabar.
Nama Ayahku Solihin Malik dan nama ibu kandungku adalah Masitoh, namun mereka telah bercerai ketika usiaku baru 1 tahun 6 bulan.kondisi yang sangat menyedihkan karena aku tidak bisa merasakan kasih sayang ibu yang telah melahirkanku seutuhnya.Sekarang aku tinggal bersama Ibu tiriku, dia sangat baik sekali berbeda sekali dengan cerita orang yang aku dengar tentang ibu tiri.
Sejak sekolah di Sekolah Dasar (SD), aku di didik untuk mandiri karena keadaan keluargaku yang tidak mungkin untuk memanjakanku seperti anak orang lain, seperti diberi uang jajan, diantar jemput sekolah dan dibelikan mainan, sejak kecil aku tidak pernah merasakan itu. Aku belajar di SDN Babakansari yang berjarak 2,5 KM dari tempat tinggalku di KP. Lemah Duhur RT 05 RW 06 Desa Babakansari Kec. Sukaluyu Cianjur. Setiap hari aku berjalan kaki untuk berangkat ke sekolah tersebut, dan selama ku bersekolah aku jadi anak yang pendiam, hanya belajar dan belajar yang dilakukan. Namun semuanya tidak sia-sia, selama aku bersekolah aku selalu menjadi yang ke satu disekolah.
Setelah lulus SD, aku melanjutkan sekolahku ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMP, tepatnya aku bersekolah di MTs. Syariful Anwar, karena beruntung pada waktu itu ada program pemerintah yang mengratiskan sekolah sampai tingkat SMP, jadi aku masih bisa bersekolah meskipun dari kalangan tidak mampu. Jarak dari rumah ke sekolah tersebut sekitar 5 KM  dan aku selalu berjalan kaki setiap hari untuk bersekolah, perjuangan yang cukup melelahkan untuk meraih cita-citaku itu. Aku bercita-cita menjadi seorang Direktur di sebuah perusahaan dan menjadi enterpreneur untuk membuat lapangan kerja dan menjadi manusia berguna bagi semua orang, lebih tepatnya ingin seperti Chairul Tanjung. Chairul tanjung pernah berkata: Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa Kerja Keras, Keuletan, Kegigihan, dan Kedisiplinan. Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap Pantang Menyerah dan Tidak Cepat Putus Asa. Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh apabila kita mau terus belajar berbagai hal, di mana pun dan kepada siapa pun”. Chairul Tanjung (Page: 347). Kata-kata itu jadi motivasi bagiku untuk terus belajar dan meraih cita-citaku dan manambah keyakinanku bahwa meskipun aku terlahir dari keluarga yang sederhana tapi bisa buat mereka bangga dan bahagia. Selama bersekolah aku belajar dengan rajin dan penuh semangat dan  untuk pertama kalinya aku terjun ke dunia orgnisasi OSIS di sekolah, dan diberi kesempatan untuk menjadi ketua OSIS  pada waktu itu.
Tiga tahun berlalu, lulus dari MTs aku melanjutkan sekolah ke SMK Nurul Islam jurusan Akuntansi. Sungguh perjuangan yang sangat melelahkan ketika bersekolah disana, dari mulai masuk yang tidak punya biaya sedikitpun dan ketika bersekolah banyak sekali biaya yang hatrus dikeluarkan, sedangkan orangtuaku sudah tidak sanggup lagi untuk membiayaiku karena sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Maklumlah, sejak dari Sekolah Dasar sampai SMP, aku bersekolah gratis karena ada program pemerintah Wajib Belajar Sembilan Tahun. Ketika aku bersekolah di sekolah tersebut semester pertama, aku sudah berniat untuk keluar dan memutuskan untuk bekerja saja untuk membantu keluarga karena faktor biaya. Namun niatku itu tidak dilaksanakan karena ada seorang guru yang baik hati mau membantuku, dia tahu bahwa aku selalu menjadi nomor satu sejak dari SD sampai SMP, namanya Rudi Permadi dan dia sudah kuanggap orangtuaku sendiri. Dia berjanji jika aku berhasil menjadi Juara Umum di sekolah maka biaya sekolahnya gratis, dan akhirnya selama tiga tahun bersekolah aku selau dapat beasiswa karena sanggup mempertahankan prestasiku itu.
Setelah lulus aku mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah dan bersekolah di Universitas Terbuka Negeri UPBJJ bogor Pokjar Prima Bangsa Cianjur dan aku mengambil program studi Ilmu Komunikasi, dan aku juga bekerja di PT. Bintang Ciremai Abadi sebagai Staff Admin. Semuanya seperti mimpi bisa kuliah gratis dan bisa kerja pula membantu keluargaku, padahal aku terlahir dari keluarga sangat sederhana tapi aku bisa meraih semuanya. ‘’ Man Jadda Wa jada’’ Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil dan siapa yang yakin akan janji Tuhannya, maka kebahagiaan itu akan mengahampirinya.

Cita-Cita dan Keyakinan

Semua orang mempunyai cita-cita termasuk aku, meskipun terlahir dari keluarga sederhana tapi itu tidak menghalangiku untuk meraih cita-citaku. Meskipun banyak sekali tantangan yang ku hadapi, tapi ada sebuah keyakinan yang ada di diriku yang membuatku bertahan selama ini. Meskipun dengan segala keterbatasan, hidup di bawah garis kemiskinan tidak menghalangiku untuk meraih kesuksesan. ‘’ Aku yakin aku bisa” itu yang selalu aku ucapkan, dan aku selalu terinspirasi oleh Chairul Tanjung si anak Singkong, meskipun dia dari kampung dan dari keluarga tidak mampu seperti aku tapi dia mampu meraih kesuksesan dan menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, bangsa, negara dan membuat orang tuanya bangga dan bahagia. “Aku yakin aku bisa seperti itu dan mampu meraih cita-citaku” itu keyakinan ku selama ini.

Peranan Orang Tua

                Didalam kehidupanku orang tua mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesanku, mereka yang memberiku motivasi, merawatku selama ini, selalu ada buat aku dan telah mendidiku menjadi anak yang mandiri, serta doa mereka yang selalu mengiringiku hingga aku bisa seperti sekarang ini meskipun belum bisa buat mereka bahagia dan bangga. Ayahku selalu bilang “ Orang miskin berhak kaya dan orang miskin berhak bahagia”. Itu kata-kata yang selau aku ingat dan jadi motivasi diri.

Langkah Meraih Cita-cita

                Aku terlahir dari keluarga yang memiliki ilmu agama, istilahnya Ustad kalau di daerah tempat tinggalku dan kebetulan aku juga seorang santri, jadi langkah pertama ku untuk meraih cita-citaku adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan aku selalu belajar dengan penuh kesungguhan dan membangun network yang baik yaitu mencari teman-teman yang baik dan mencari pengalaman baru dengan aktip di organisasi-organisasi kemasyarakatan. “Man jadda wa jada” siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil itu kata guruku. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, aku harus tetap sokus pada mipi-mimpiku.
            Semua langkahku untuk meraih kesuksesan sedang dijalani, namun ada yang tidak kalah penting dalam meraih cita-cita adalah fokus pada tujuan atau cita-cita kita.
            Beberapa tujuanku dan aku yakin bisa meraihnya, diantaranya :
a)      Lulus kuliah dan jadi sarjana
b)      Menjadi seorang Direktur Utama di Perusahaan
c)      Memiliki rumah dan mobil pribadi
d)     Ingin menghajikan kedua orangtuaku
e)      Berguna bagi keluarga,masyarakat, bangsa,agama dan negara.
f)       Menikah dengan wanita solehah yang akan jadi bidadari surgaku nanti.

Aku mempunyai motto atau prinsip hidup “ Sekali tampil harus berhasil, sekali melangkah pantang menyerah”. Aku sudah terlahir kedunia ini dengan segala kekurangnaku maka aku harus berhasil menjadi manusia sejati yang berkualitas dan pantang untuk menyerah dengan segala keadaanku ini, aku pasti bisa jadi apa yang aku inginkan.

Penulis : Habibi Malik, 19 Years/

Mahasiswa Universitas Terbuka Negeri



Tuesday, 16 August 2016

EMPAT WINDU MEMBANGUN NEGERIKU

EMPAT WINDU MEMBANGUN NEGERIKU
Oleh : Habibi Malik

Masyarakat di Indonesia tidak akan merasa asing dengan perguruan tinggi ini. Iya, perguruan tinggi ini adalah Universitas Terbuka atau yang populer dengan nama UT.
http://www.ut.ac.id/
Universitas Terbuka merupakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ke-45 yang diresmikan oleh presiden ke-2 Repulik Indonesia yaitu presiden Soeharto berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1984, tepatnya UT berdiri pada tanggal 4 September 1984.

Pada tahun 2016 ini Universitas Terbuka genap berusia empat windu atau memasuki usia ke-32. Usia yang cukup matang bagi sebuah perguruan tinggi di Indonesia.
Pada peringatan Dies Natalies ke-32 UT mengusung tema “Empat Windu Membangun Negeriku” dan akan di isi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut diantaranya lomba desain power ponit, lomba blog, lomba materi motivasi melalui media sosial bagi mahasiswa UT, lomba pembuatan video untuk mahasiswa UT dan perlombaan lainnya yang dimulai dari tanggal 5 Mei 2016 hingga acara puncak. Acara puncak Dies Natalies ini yaitu pada tanggal 5 September 2016 mendatang.

http://www.ut.ac.id/Empat windu membangun negeriku bukan sekedar tema yang tak bermakna yang diusung oleh UT karena sejak UT berdiri yaitu pada tanggal 4 September 1984, UT telah bekerja keras  membantu pemerintah membangun negeri terutama dalam pendidikan tinggi.

Sejak berdirinya UT telah ikut serta membangun negeri melalui pendidikan tinggi yaitu dengan membuka kesempatan kepada masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi yang terjangkau, fleksibel dan berkualitas. Untuk mewujudkan itu UT memanfaatkan teknologi dan komunikasi (TIK) agar mampu melayani seluruh lapisan masyarakat yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi namun terkendala berbagai hambatan.
Sebagai perguruan tinggi negeri UT memiliki Visi dan Misi. Visi Universitas Terbuka (UT) adalah “pada tahun 2021 UT menjadi institusi Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) brkualitas dunia dalam menghasilkan produk perguruan tinggi maupun dalam menyelenggarakan, mengembangkan, dan menyebarkan informasi PTTJJ.

Apa itu PTTJJ?
PTTJJ merupakan singkatan dari Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh dimana sistem pembelajarannya menggunakan sistem belajar terbuka dan jarak jauh. Universitas Terbuka adalah perguruan tingi yang menggunakan sistem belajar terbuka dan jarak jauh dalam sistem pembelajarannya. Istilah ‘terbuka’ bermakna setiap orang yang lulus SMA/SMK/MA/Paket C atau sederajat dapat menjadi mahasiswa UT tanpa ada pembatasan tahun ijazah, usia, maupun tempat tinggal. 
Sedangkan istilah ‘jarak jauh’ berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka dan mengisyaratkan adanya jarak antara pembelajar dan pengajar. Jarak ini dijembatani dengan media atau bahan ajar yang khusus dikembangkan untuk PTTJJ. Bahan ajar utama UT berupa Buku Materi Pokok (BMP) yang diengkapi dengan suplemen dalam bentuk multimedia dan dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. Bahan ajar tersebut dapat dipesan melalui situs buku online www.ut.ac.id/toko-buku-online

Dengan bahan ajar berupa Buku Materi Pokok tersebut mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Belajar mandiri menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial.
Karakteristik UT ini memungkinkan setiap orang di berbagai pelosok negeri, baik yang belum maupun sedang bekerja dapat mengikuti pendidikan tanpa terkendala ruang dan waktu.
Kualitas UT sebagai penyelenggara PTTJJ sudah diakui secara internasional dengan diperolehnya pengakuan dari Internasional Council for Distance Education (ICDE) setelah melakukan review kualitas pada tahun 2005, 2010, dan 2015. Pengakuan dalam negeri diwujudkan dala bentuk sertifikat ISO 9001:2000 dalam bidang Distance Learning Management dan sudah disertifikasi juga oleh BAN-PT.
Untuk jaminan Kualitas UT silahkan Klik Disini

Universitas Terbuka menyelenggarakan Program Non Pendidikan Dasar (Non Pendas) dan Pendidikan Dasar (Pendas). Untuk program Non Pendas terdiri dari fakultas FEKON, FISIP, FMIPA, FKIP Non Pendas. Sedangkan Program Pendas terdiri dari PGSD dan PGPAUD.
Berikut Video Lengkap Tentang Universitas Terbuka :
Diambil dari  https://www.youtube.com/watch?v=Nm1AAkYw9sg pada tanggal 16 Agustus 2016 Pukul 20:19 WIB.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-32. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Monday, 15 August 2016

Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda  
Di Era Globalisasi
 

 Guru Matapelajaran :
ASEP YADI PERMANA, M.Pd
Oleh :
HABIBI MALIK
DINAS PENDIDIKAN
SMK NURUL ISLAM
Tahun Pelajaran 2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia.
Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya dengan tata nilai yang popular di negara asing.
Di era globalisasi yang tidak mampu menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang, bila karakter suatu bangsa hilang maka tidak ada lagi nama bangsa Indonesia di peta dunia.
Dewasa ini karakter bangsa kita dipandang sebelah mata oleh negara lain, bahkan banyak orang-orang Indonesia tidak mau mengakui bahwa dirinya berasal dari Indonesia, mereka malu menjadi orang Indonesia. Hal ini mereka akui karena banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia. Mereka takut negara lain memandang mereka berasal dari negara teroris, atau negara para koruptor, negara yang memiliki segalanya tetapi tidak mampu mengolah sumber daya alamnya, negara bodoh, negara penonton, negara majemuk yang masyarakatnya sering ricuh antar etnis, mementingkan diri sendiri dan sukunya tanpa mempedulikan orang lain, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme, atau negara yang tidak memiliki kualitas dalam bidang apapun.
Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran yang kontinyu. Proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa. Seiring denga era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa indonesia tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.
1.1  Rumusan Masalah
Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun karakter dalam diri seorang generasi muda dan bagaimana peranan seorang generasi muda dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi sekarang ini?.
1.2  Tujuan
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat kita lakukan dalam upaya pembentukan karakter Generasi muda dan peranannya dalam menghadapi berbagai permasalahan dan persaingan di era globalisasi saat ini.
1.3  Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunakan study pustaka dan juga observasi langsung di lingkungan sosial masyarakat.
1.4  Sistematika Penulisan 
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah                                                        
1.2  Tujuan Masalah
1.3  Rumusan Masalah      
1.4  Metode Penulisan                                                                              
1.5  Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian Globalisasi
2.2  Ciri-ciri Globalisasi
2.3  Proses Globalisasi
2.4  Karakter Bangsa
2.4.1        Pengertian Karakter Bangsa
2.4.2        Nilai-Nilai Karakter Bangsa
2.4.3        Pentingnya karakter Bangsa
2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda
2.6  Arti penting pendidikan Karakter Menurut Beberapa Tokoh dan UUD 1945
BAB III Character Education for The Young Generation In Globalisation Era
3.1  Terkikisnya Karakter Generasi Muda Akibat Globalisasi
3.1.1        Bentuk Pengkikisan Karakter Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.2        Penyebab terkikisnya karakter bangsa
3.2  Pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda
3.2.1        Fungsi Pendidikan Karakter
3.2.2        Lingkup Pendidikan Karakter
3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter
3.3  Peranan generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan
4.2  Saran
                                                           
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
2.2  Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1.      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3.      Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
4.      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial
2.3  Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat semakin dekat, yang membuat kita seakan-akan tidak memiliki sekat penghalang dan waktu tempuh seakan-akan tidak ada. Kemajuan dibidang transportasi membuat orang lebih mudah untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan waktu yang relative singkat. Pergerakan ini tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah melainkan kebudayaanpun lebih cepat menyebar melalui media massa maupun elektronik, seperti televise, radio, koran dan majalah yang semuanya itu merupakan alat yang sangat efektif untuk penyebaran budaya diseluruh penjuru dunia.
Globalisasi akan memberikan corak kebudayaan baru dan memberikan dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan memperkuat kebudayaan barat dalam budaya masyarakat setempat  di negara-negara berkembang melalui suatu penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan baik itu dalam bidang sosial, ekonomi maupun dalam bidang politik. Kebudayaan baru yang bebas seperti perkembangan teknologi, informasi, telekomunikasi, dan satelit akan mengubah nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh negara berkembang dan mengubahnya dengan visi dan misi globlisasi barat. Kebudayaan ini membuat negara berkembang lebih bergantung dan terikat dengan keputusan yang yang dibuat oleh penguasa barat.
Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka perspeksi baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam dunia masa kini dan masa datang.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang besar yang sering disebut dengan istilah “ Megatrend 2000”. Megatrend itu tidak datang dan pergi begitu saja, namun akan terjadi perubahan baik dibidang sosial, ekonomi maupun politik secara bertahap. Mereka akan mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh sampai sepuluh tahun atau bahkan bisa lebih lama lagi.Sasaran utama untuk mencapai visi dan misi globalisasi barat di negara berkembang yaitu  generasi muda, karena pada usia inilah emosi seorang generasi muda masih labil dan pada usia generasi muda inilah seseorang mulai mencari jati diri mereka yang sebenarnya sehingga usia-usia inilah yang paling rentang terhadap pengaruh globalisasi barat. Arus globalisasi yang semakin deras yang dihadapi oleh seorang generasi muda memerlukan alat yang kuat sebagai filter dampak yang ditimbulkan, salah satunya yaitu karakter yang kuat. Dengan karakter inilah generasi muda bisa menyaring kebudayaan baru yang dibawa oleh globalisasi barat.
2.4  Karakter Bangsa ( Bagi Generasi muda )
2.4.1  Pengertian Karakter
Karakter dapat diartikan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang, selain itu karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang kepribadian orang tersebut. Demikian pula dengan karakter bangsa, Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.
2.4.2  Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
Ada tujuh budi utama yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia menurut Ary Ginanjar yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan Indonesia Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama dan akan menghasilkan generasi terbaik.
Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.
2.4.3  Pentingnya Karakter Bangsa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan  itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan  negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain.
2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda
Era globalisasi sangat banyak membawa perubahan, baik yang berdampak positif bagi kehidupan maupun yang berdampak negatif bagi kehidupan. Dalam era globalisasi segala aspek kehidupan berangsur – angsur menagalami perubahan. Salah satu contohnya terjadi pada kehidupan generasi muda, kebanyakan generasi muda cenderung tidak bisa menyaring pengaruh globalisasi. Sehingga, banyak generasi muda yang terjebak dalam pengaruh buruk globalisasi.
Dampak dari Era Globalisasi Terhadap Generasi muda
Ø  Aspek Sosial
Bersosialisasi merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian generasi muda. Karena, mereka bisa mendapatkan banyak teman dan mereka juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman mereka tersebut. Dengan bersosialisasi, mereka bisa menemukan hal – hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya dan dengan begitu, mereka akan mudah memahami satu sama lain. Dengan bersosialisasi secara benar, akan banyak hal positif yang akan didapat. Contohnya saja mereka akan banyak mempunyai banyak koneksi untuk dapat lebih banyak mengenal dunia kerja yang akan berguna bagi kehidupan mereka nanti. Akan tetapi, jika para generasi muda tidak bisa bersosialisasi secara baik yang di dapatkan hanya sebuah pergaulan bebas di luar batas yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, para generasi muda seharusnya mempunyai sebuah pegangan hidup untuk dapat memfilter dirinya dari berbagai macam dampak globalisasi.
Ø  Aspek Norma
Norma merupakan aturan tidak tertulis sebagai pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat dan memiliki sanksi sosial. Pada saat era globalisasi sekarang ini norma – norma dalam berkehidupan sudah banyak yang di abaikan keberadaannya. Norma – norma tersebut sudah mulai terhapuskan oleh banyaknya aturan – aturan baru yang sangat membebaskan segala sesuatu, hal tersebut berdampak besar bagi para generasi muda zaman sekarang. Saat ini, generasi muda tidak lagi memperdulikan adanya aturan – aturan tidak tertulis tersebut. Banyak sekali para generasi muda yang melakukan pelanggaran atas norma yang ada pada masyarakat tersebut. Padahal, norma berperan penting dalam menegakkan ketertiban berkehidupan dalam masyarakat. Seharusnya, generasi muda dapat mempertahankan norma- norma tersebut agar ada pengendali dalam kehidupanya.
Ø  Aspek Budaya
Budaya pada saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing akibat dari era globalisasi. Dimulai dari budaya berpakaian, pada saat ini generasi muda berkecenderungan mengikuti budaya asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi muda lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara berpakaian yang tertutup dan sopan. Ini dikarenakan alasan mereka,   bahwa apabila tidak menggunakan trend pakaian  terkini maka mereka di anggap tidak trendy.
Terkikisnya budaya – budaya tradisional yang terdapat di berbagai daerah. Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya tradisional semakin mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat ini banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang terdapat di daerah dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, terlebih jika mengingat Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya. Ketidak tahuan para generasi muda tersebut mengundang pihak lain untuk mengklaim budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas – jelas kebudayaan tersebut adalah budaya asli Indonesia.
Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para generasi muda lebih cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran lingkungan diperlukan untuk dapat mengatasi masalah ini.
Ø  Aspek Pendidikan dan Tekhnologi.
Aspek pendidikan juga terkena imbas dari era globalisasi akan tetapi lebih banyak dampak positifnya, karena pada saat ini para generasi muda dapat dengan mudah mengerjakan tugas sekolah dengan  menggunakan bantuan internet. Tetapi apabila tidak bisa menggunakan teknologi dengan bijaksana para generasi muda akan mendapatkan dampak negatifnya yaitu para generasi muda akan merasa kecaduan dan mungkin bisa mengakses hal-hal yang seharusnya tidak mereka ketahui juga akan muncul budaya baru yaitu, budaya “ copy + paste”. Budaya ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan pendidikan para generasi muda, karena mereka hanya perlu menyalin isi dari informasi yang mereka cari tanpa mengetahui apa isi dari informasi tersebut.
2.6  Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda ( Menurut beberapa tokoh dan UUU 1945)
1.      Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Penyelewengan terhadap nilai-nilai Karakter Bangsa membuat bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah digantikan oleh kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri bangsa disebabkan oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal yang demikian maka perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia terutama untuk para Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Presiden menyatakan, “Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula”.
Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental.
2.      Menurut KI Hajar Dewantoro
Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter.
3.      Menurut UUD 1945
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Terkikisnya karakter Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.1   Bentuk Pemerosotan Karakter Generasi muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang, yaitu :
a.    Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor generasi muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
b.    Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
c.    Di kalangan pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan. Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari ‘bocoran jawaban’ dari berbagai sumber yang tidak jelas. Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa.  Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya ini  menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa.
d.   Dari cara berpakaian banyak generasi muda- generasi muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
e.    Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? Yang pasti negara kita akan mudah untuk dikendalikan oleh bangsa asing yang pada akhirnya bangsa kita akan dikuasai oleh bangsa asing.
3.1.2   Penyebab Terkikisnya Karakter Bangsa
Pada jaman sekarang perhatian anak muda hanya terpusat kepada pembangunan ekonomi dengan orientasi ke fisik. Dengan karakter demikian tak mengherankan apabila di kalangan anak muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai jenis perilaku tidak terpuji lainnya. Selain itu karakter anak muda saat ini sudah abai dari pembangunan kemanusiaan, hal itu dapat kita lihat dari berbagai sisi kehidupan manusia yang selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan raga manusia, contohnya banyak terjadi kesenjangan sosial terutama dikota-kota besar, orang yang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran  dari kaum-kaum elit untuk membantu orang-orang miskin yang ada disekitarnya.
3.2  Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda
3.2.1   Fungsi Pendidikan Karakter
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1.      Pembentukan dan pengembangan
Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila
2.      Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker manusia dan warga Negara Indoneisa yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.
3.      Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
3.2.2   Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada :
·           Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
·           Pendidikan Nonformal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
·           Pendidikan Informal
Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan  oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam pendidikan, membangun karakter bangsa mencakup upaya untuk mencapai suatu proses internalisasi pengetahuan yang kemudian dapat berlanjut sampai dengan terjadinya suatu perubahan. Disini diperlukan adanya perubahan dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian atau perubahan setelah menjalani setiap proses pembelajaran.
3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter bagi Remaja
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses pembelajaran sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada siswa. Masih banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka mengajar dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan pendidikan.
Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya.
3.3  Peranan Generasi muda dalam menghadapi arus Globalisasi
Dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, karakter bangsa yang kuat sangat diperlukan, maka dituntut peran penting dari generasi muda, khususnya perannya sebagai character enabler, character builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah :
·                     Sebagai Pembangun kembali karakter bangsa (Character builder).
Di tengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral untuk menginternalisasikannya pada aktifitas sehari-hari.
·                     Sebagai Pemberdaya karakter (Character enabler)
Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.
·                     Sebagai perekayasa karakter (Character engineer)
Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran, adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.
Menghadapi globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dan harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh menegaskan,  bahwa “tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menyusun dan menyistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya”.
Meskipun begitu generasi muda nantinya masih memerlukan dukungan dari pemerintah maupun komponen bangsa lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran generasi muda. Hal tersebut selain karena generasi muda masih berada dalam puncak produktifitasnya, juga karena generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
1.      Pendidikan merupakan wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.
2.      Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler), Pemberdaya karakter (character builders) dan Perekayasa karakter (character enginee).
4.2    Saran
1.      Membangun karakter bangsa melalui pendidikan diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, dan penampilan berbagai kegiatan sekolah untuk itu pendidik diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya.
2.      Lingkungan sekolah yang kondusif membantu membangun karakter pelajar. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif bagi perkembangan karakter pelajar.
3.      Membangun karakter bangsa bukan hanya tugas generasi muda, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi bagi seluruh komponen bangsa dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
DAFTAR PUSTAKA :
·      Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. http://www.setneg.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Kontekstual. http://agupenajateng.net (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Grand Design Pendidikan Karakter. http://pendikar.dikti.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Membangun Karakter Generasi Muda. http://www.beritaindonesia.co.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Kondisi Moral Bangsa Sangat Mengkhawatirkan. http://www.jpnn.com (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Peranan Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter Bangsa. www.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         http://kang-adek.blogspot.com/2009/01/dampak-globalisasi-terhadap.html (diakses tanggal 30 Desember 2012)